Minggu, 27 Maret 2016

Benarkah Aku Lupa

Aku sebenarnya sudah mulai lupa cara jatuh cinta, menikmati tiap sensasi debar-debar di dada saat ia melintas di depan mata.

Aku juga lupa bagaimana rasanya rindu, dengan dia yang hanya bisa kuminta dalam doa serta sujud panjang ku.

Aku mulai lupa bagaimana rasanya mendapatkan perhatian yang lebih dari dia yang nantinya akan menemani hari-hari panjang perjuangan ini.

Tetapi aku berharap, saat aku lupa, ya, di saat aku lupa aku berharap ia hadir dengan gagah nya, mengulurkan tangan dengan indah bersalaman dengan ayahku lalu menggangenggam tangan ini, menjadi penguat dalam perjalanan panjang.

Aku hanya ingin ia hadir di saat yang tepat, di saat memang Allah pilihkan ia hadir dengan kepantasan menurutnya.

Karena aku tak bisa memaksa, selain hanya bisa mendoakan agar ia diberi kemudahan, keberanian, dan kekuatan untuk menjemputku dengan indah.

Dan, di saat aku mulai lupa cara mencintai, kuharap ia hadir dan mengajariku caranya, karena cinta hanya untuknya, yang ditakdirkan untukku.

Berharap bersamanya kelak, bisa memberikanku kasih sayang yang utuh, untuk anak-anak dan perjuangan dakwah ini. Karena aku juga butuh penguat dalam terjal serta panjangnya jalan ini, dan kuharap itu kamu, ya, kamu yang sedang memantaskan diri.

Hati ini masih rapi, tanpa tulisan nama siapapun, karena bagiku jatuh cinta itu hanya kepada jodoh yang Allah takdir kan untukku.

Jangan ragu untuk hadir, karena ada ruang yang spesial di hati ini untukmu, hanya untukmu yang Allah takdir kan untukku kelak.

#PuisiSubuh
@UniLilis

Sabtu, 26 Maret 2016

Peran Kita

Siapa pula yang sanggup untuk bekerja selama 24 jam mengikhlaskan fikiran, tenaga bahkan waktu untuk memikirkan mereka, generasi penerus bangsa.

Gelar sarjana yang susah payah diraih, susah payah dicapai bahkan sebagian dari kita lulusan negeri para nabi, namun kini kita berkecimpung di lemah yang sama, Lembah peradaban.

Terkadang ada iri dengan mereka yang bekerja hanya sekian jam, memenuhi jam mengajar saja, membiarkan mereka di luar jam sekolah, tak jarang ada yang hanya menjadikan rutinitas biasa,  datang duduk di kantor ngotak-ngatik komputer dan laptop.

Namun, penggalan hadits itu selalu terngiang-ngiang tiap keletihan dan bisikan iri itu hadir, penggalan hadits yang membuat semangat ini hadir lagi, meski aku bukan seorang ahli hadits namun penggalan ini cukup menampar hati..  "Sesungguhnya manusia yang baik adalah yang bermanfaat untuk orang lain"

Bagaimana mungkin aku lelah?
Bagaimana mungkin aku kecewa?
Bagaimana mungkin aku iri?

Bukankan Allah yang menyaksikan setiap apa yang kita kerjakan, banyak, sedikit.
Allah menghitung peluh, lelahnya fikiran, setiap masalah yang berhasil kita pecahkan, lalu masih adakah kecewa dan iri itu?

Kita diciptakan berbeda, namun takdir Allah menyatukan kita, bersama bertungkus rumus, berjibaku bersama menyelesaikan ini semua, menyelesaikan peran yang Allah pilihkan.

Hingga nanti, tiba waktunya Allah menyuruh kita berganti peran, atau mengakhiri segalanya.

@UniLilis

Jumat, 18 Maret 2016

Seharusnya Cinta

Seharusnya cinta mampu menerima segalanya.

Menerima setiap kelebihan, ketenaran, kecantikan, ke gantengan, kekayaan maupun pendidikan yang tinggi.

Dan, cinta juga seharusnya mampu melengkapi kekurangan, baik itu finansial maupun  keterbelakangan pendidikan.

Cinta, ah pembahasan soal ini tak pernah habis, seringkali mereka yang di mabuk cinta lupa bahwa ada kekurangan yang nantinya akan mereka hadapi, ada sesuatu yang seringkali mereka tutupi hingga akhirnya bangunan indah berlandaskan cinta itu hancur hanya karena hal sepele.

Bukankah, menerima menjadi salah satu syarat penting dalam membina hubungan yang indah, toh tidak selamanya ia terlihat baik, atau tak selamanya ia tersenyum, dan tak selamanya hawa bahagia itu menemani hari-hari nya.

Terkadang, ada duka yang akhirnya merubah sifat aslinya, kadang ada amarah yang menyita fikiran dan emosinya, tak jarang ada kecewa yang selalu membebani hatinya.

Jadi, terimalah ia apa adanya, dengan segala kelebihan, maupun kekurangan, Jadilah penyejuk hatinya, dalam suka maupun duka, Jadilah partner yang menggenggam tangannya menuju kesuksesan dalam hidup bermahligai bahagia.

Rabu, 16 Maret 2016

Keluarga Baru

Terimakasih telah hadir, dan membuat beban ini terasa lebih ringan.

Terimakasih sudah mau membaur dan bersama-sama memikirkan anak2 yang menjadi amanah dakwah agama ini.

Terimakasih sudah mau menerima dan memahami diri ini, bahwa apa adanya tanpa kepalsuan lebih menguatkan di jalan nan panjang ini.

Terimakasih sudah mau mengalah atas sikap dan sifat yang sering kali lost dari koridor.

Terimakasih sudah hadir menjadi teman, sahabat, saudara di jalan yang panjang ini.

Terimakasih sudah membuat hari-hari semakin terasa berwarna, dan terasa begitu cepat berlalu.

Terimakasih sudah menjadi bagian di ruang hati ini.

Satu pinta untukmu, jangan pergi di saat kaki ini belum bisa berdiri sendiri.

#KeluargaBaru
@UniLilis

Selasa, 15 Maret 2016

Belajar dari Ababil

Berhentilah berada di zona mutasyabihat, zona yang g jelas antara pro atau kontra. Sudah saatnya kini kita memiliki pilihan, meskipun pilihan itu ternyata salah, namun setidaknya kita menjadi manusia yang memiliki pegangan.

Belajar dari kisah Burung Ababil yang membawa batu-batu kecil untuk menghancurkan pasukan bergajah Abraha, secara logika mana mungkin burung sekecil itu membawa batu yang juga kecil menghancurkan kaum yang besar, berkendaraan gajah pula.

Ababil sebenarnya bisa saja menyaksikan pertempuran itu dengan tanpa mengganggu rutinitas mencari makan, namun Subhanallah nya setiap ciptaan Allah, Ababil hanya ingin kita tahu bahwa ia berada di pihak yang benar, pihak yang membela Ka'bah dri kehancuran.

Ababil hendak mengajarkan kita bahwa mengambil sebuah pilihan itu penting, memilih dalam sebuah barisan itu perlu, agar orang yakin dan percaya, bahwa kita ada di pihak mana, masalah kedepannya Allah sudah punya putusan, namun kita, ya kita yang seringkali ragu.

Kita seringkali ingin lepas, bebas, tanpa ikatan dan aturan manapun, enggan membenarkan apalagi membela, lebih suka menyalahkan bahkan membenarkan kesalahan tanpa tahu duduk masalah sesungguhnya.

Kalau lah kita mau belajar dari Ababil yang sederhana, membawa batu kecil yang ternyata dari batu itu Allah titipkan kekuatan yang besar untuk meluluh lantak kan pasukan bergajah.

Teman, sudah saatnya kita punya pilihan, berjuang bersama, bergerak bersama, atau menikmati dunia sendiri, yang tak akan kekal apalagi abadi.

@UniLilis

Senin, 14 Maret 2016

Kitalah Kesempurnaan itu

Belajar dari kisah nabi Musa dan nabi Harun yang selalu bersama, di sandingkan untuk saling menguatkan, nabi Harun yang kita tahu mengcover nabi Musa dalam hal meloby dan bernegosiasi.

Dan begitu juga kita, hidup bersama teman, sahabat, pasangan, keluarga, untuk saling melengkapi, saling menutupi, dan saling menguatkan satu sama lain.

Jika ada pemimpin bisa menggerakkan suatu perusahaan, lembaga atau apapun namanya dengan dirinya sendiri itu adalah sebuah ke mustahilan,  impossible,  karena dia butuh karyawan, dia butuh bawahan dan dia butuh teknis untuk lapangan.

Atau jika kita hanya bergerak sebagai bawahan, bekerja dengan cara begitu-gitu saja, maka kesuksesan itu akan lama kita capai. Kita butuh konseptor untuk merumuskan, butuh analis untuk membaca SWOT, kita butuh muharrik untuk bergerak, dan kita butuh sosialis untuk membaur, semuanya berada dalam  satu bangunan nan kokoh, saling menguatkan.

Apa yang membuat sesuatu itu hancur dan musnah?
Sederhana saja, ketika semua ingin menjadi pemimpin, atw ketika semua ingin bekerja tanpa ikut rapat memberikan ide.
Kita, bergerak di bidang kita, memang, namun kita harus mendapatkan info yang valid agar terarah dalam bergerak.

Jadi, di manapun posisi kita, tugas kita tetap sama, yaitu bersama-sama mencapai kejayaan itu, meski letih, kecewa, bahkan putus asa. Tapi genggam lah semangat ini, dan lihatlah saudara kita yang juga berjuang bersama dalam barisan yang panjang ini.

Aku, Kamu dan kita, walau berbeda tapi kita adalah sebuah Kesempurnaan itu.

#UniLilis

Senin, 07 Maret 2016

Filosofi Jembatan

Kita tentu tahu bahwa fungsi jembatan adalah menghubungkan dua tempat yang terpisah, baik secara teritorial maupun secara perasaan.

Dan untuk menghubungkan dua tempat atw dua wilayah atau dua hati maka kita butuh jembatan yang harus rela untuk dipijak, dilindas, terkadang diguncang-guncang anak-anak yang sengaja melewatinya nya.

Namun, sesakit apapun perasaan jembatan ia tak pernah marah, apa lagi balas dendam kepada yang telah melewatinya, seringkali hanya ada senyum bahagia saat ia berhasil menjembatani dua orang yang terpisah, atau membuat seseorang menemukan jalan untuk bertemu atau melihat tempat di seberang jembatan.

Apa jadinya jika jembatan ingin ikutan dalam pertemuan dua orang yang terpisah itu, mungkin tidak akan ada lagi orang yang menyeberang.

Apa jadinya jika jembatan tetiba merajuk tak ingin ada siapapun yang boleh melewatinya, kurasa kita akan ragu melewati jembatan itu.

Namun, jembatan tak pernah marah, tak pernah sakit hati, ia selalu ikhlas jika hadirnya memang bisa menghubungkan dua orang bahkan lebih, ia ikhlas jika ternyata di ujung jalan ada pesona nan indah yang dinikmati para penyeberang, bahkan ia tak pernah iri atas cerita yang selalu dibawa pulang oleh para penyeberangnya.

Seharusnya begitu juga dengan kita. Kadang hadir kita hanya menjadi jembatan, penghubung antara dua sahabat, dua cinta, dua lembaga, atau dua rasa yang belum menyatu, maka bersyukurlah jika akhirnya dengan hadirnya sang jembatan semuanya bisa bertemu.

Jika akhirnya jembatan itu rusak, maka tak mengapa asalkan yang ingin menyeberang itu telah bertemu satu sama lain.

Karena tidak ada yang sia-sia, penguasa alam selalu tahu cara terbaik membalas keikhlasan makhluknya.

@UniLilis

Rabu, 02 Maret 2016

Pagi Masihkah Bersamamu

Pagi Masihkan Bersamamu

Pagi selalu menjanjikan asa dan masa depan
Saat kesibukan mulai merambat di sudut-sudut kota
Merambah ke jantung peradaban kota
Membuat lupa esensi hidup sesungguhnya

Pagi akan selalu memberikan harapan baru
atas apa yang belum dicapai dan apa yang belum dituntaskan
tentang mimpi, tentang cita-cita dan tentang menakhlukkan dunia
bahkan mungkin menggenggam Indonesia

Pagi selalu saja membuat kita berdiri tegap
Mengusap peluh sisa semalam
menggenggam angan akan masalah yang belum juga terselesaikan
dan tentang cinta serta persahabatan yang
seringkali membuat simpul baru dalam lembaran masa depan

Pagi yang akan selalu hadir
meski terkadang tanpa mentari
atau mungkin dengan kabut asap
serta banjir, atau hujan atau pagi ini saat mentari sedang teriknya

Pagi yang selalu punya lembaran kisah baru
meski sama, atau beda, yang jelas
Pagi aku selalu bersamamu
membersamai harimu
walau kau tak akan pernah membersamaiku lagi