Senin, 26 Oktober 2015

Cinta Bang Day Jilid 13 (Ancaman)



Cinta Bang Day Jilid 13
(Ancaman)
Lembar kehidupanku di awal pernikahan ini terasa sangat-sangat aneh, masalah yang ada hanya berputar di situ-situ saja, hanya seputaran perasaan, prasangka, penerimaan, pemahaan dan aku belum siap dengan sejuta masa lalunya, bagitupun bang Day kepadaku, apa ia memahami semua tentang diriku. Apakah kami memang belum menemukan titik perbedaan, hingga rasanya rumahtangga ini tanpa misi yang jelas, seolah yang kujalani selama ini tanpa tahu untuk apa, bahkan masalah yang kuhadapi hanya ini-ini saja, masalah hati saja.
Maka, pagi ini saat mentari tidak lagi malu-malu menampakkan cahayanya di beranda rumah kami, rumah peninggalan almarhum papa, aku dan bang Dayat duduk menikmati segelas teh hangat dan beberapa potong roti yang ia siapkan, aku tidak dibenarkannya untuk banyak beraktivitas pagi ini, sifat khawatirnya muncul di saat aku lemah, ataupun sakit seperti ini, sifat yang sebenarnya aku rindui dan aku sukai, tetapi aku selalu bisa memandirikan diriku dari hal yang terlalu manja, karena aku takut jika suatu hari nanti ia tak di sisiku aku masih bisa bertahan. Ah terkadang entah pa yang kufikirkan, bukankah pahala besar untuknya jika ia mau menolong pekerjaan rumahtangga, dan toh tidak ada masalah karena aku masih sakit.
“Pagi ini sepertinya mama sudah bisa dibawa pulang Me, tadi malam k Fitri sms abang, katanya mama dibawa ke rumah k Fitri saja, karena abang bilang kalau kamu juga lagi sakit, tapi abang tidak bilang kamu sakit karena apa, abang hanya bilang kamu kecape’an.” Kalimat pembuka dari mulutnya pagi ini, bagiku ini kicauan yang kurindukan walau masih dengan nada datar bahkan tidak ada nuansa sayang sedikitpun, seolah masih ada sesuatu yang belun dikeluarkannya.
Aku hanya diam, menggenggam gelas yang berisi teh hangat, menerawang ke taman depan rumah, aku tak ingin membebaninya, ini keputusanku tadi malam.
“Maaf tidak bisa menemani kamu pagi ini sayang, abang harus menyelesaikan pekerjaan yang dua hari lalu terbengkalai, beruntung k Fitri mau mengurusi mama hari ini, jadi abang terpaksa ke kantor tidak menemani kamu di rumah, jangan lupa minum obat ya dek, jangan melakukan aktifitas yang berat, pastikan tubuh kamu kembali pulih dulu.” Kali ini ia menatapku, namun aku tak membalasnya tatapanku tetap lurus ke depan taman rumah, aku hanya bisa melirik dari sudut mataku saat ia menatapku dari samping.
Aku tetap diam tak bergeming, karena aku tahu sumber kekacauan ini semua adalah dari diriku sendiri, untuk apa aku membela diri di hadapannya, toh mengalah dan mematuhi perintahnya adalah tugasku kan? Sudah cukup banyak masalah yang kutimbulkan dalam hidupnya, apalagi yang bisa dipertahankan?
Ia sudah berdiri di hadapanku, aku sedikit terkejut, kuletakkan gelas di meja lalu kusalamai tangan kanannya, mencium penuh takzim berharap segala ampunan dan permohonan maaf, namun balasan tangan itu tidak hangat, bang Day melepas tangannya lalu meletakkannya di atas kepalaku mengusapnya perlahan.
Kurasa itulah kekuatan yang ia titipkan untukku, aku membalasnya dengan senyuman tipis.
“Abang berangkat ya dek, jaga diri, Aslmkm...”
Aku menjawab salamnya, lalu melepasnya pergi.
Inilah saatnya untuk kembali ke diriku yang dulu, aktifitasku yang dulu, yang memang belum diketahuinya dan kuharap bang Miqdad juga tidak memberitahukannya kepada suamiku tersayang. Aku berdiri penuh semangat, walau masih ada rasa ngilu di rahim, efek mengeluarkan banyak darah, aku terpaksa harus lebih berhati-hati lagi, memang benar kata orang, keguguran itu sakitnya melebihi sakit orang yang melahirkan jika janinnya sudah terbentuk, beruntung janinku belum terbentuk, jadi sakitnya masih sama seperti ngilu ketika datang bulan.
Aku mengambil notebook kesayanganku yang selama ini tidak kugunakan, karena bang Day memfasilitasiku komputer di rumahnya, lengkap dengan wifi dan printer untuk pekerjaanku, namun aku memiliki file-file penting di notebook kesayanganku itu, lalu kuambil android dan buku catatan penting hasil analisaku selama ini.
Jari-jariku mulai bermain di android sederhana ini, mencari contac bang Miqdad, aku yakin dia pasti tahu apa yang terjadi dengan mama, dan ini tentunya ada sesuatu yang belum selesai semenjak kepergian papa dulu, aku mencium aroma luka lama yang entahlah, mama dan keluarga ini rapi sekali menyimpannya, dan aku juga yakin kalau bang Miqdad tidak akan membohongiku, patner terbaikku itu tidak akan berani menutupi apapun dariku, termasuk perasaanya sendiri.
Sembari menunggu balasan dari bang Miqdad, aku menghidupkan notebook dan melihat beberapa file foto pernikahan kami, aku mencoba melihat siapa saja kolega yang hadir, terutama teman dan sahabat bang Day, sebagai pekerja di perusaaan yang ternama serta meneruskan pekerjaan papanya, aku yakin ia pasti memiliki gesekan dengan teman atau kolega almarhum papa, aku percaya itu.
Balasan dari bang Miqdad datang, walau pembukaannya cukup membuatku muak membacanya.
“Salam dear, akhirnya kamu kembali, tidak sangka kan, masalah seperti ini malah menimpamu, padahal selama ini kita menyelesaikan masalah dosen-dosen dan pejabat penting serta para caleg, kini masalah ini menimpamu Me, oke baiklah sekeder pembuka dan ucapan selamat datang kembali di Tim penyelesaian kasus khusus, dimana hanya Abang yang terkenal dan kamu partner yang selalu tidak ingin dikenal, hanya ingin mendapatkan pengalaman serta sensasi dalam memecahkan kasus, baiklah abang rasa kamu telah kembali, walau entah apa yang membuatmu kembali, setelah keputusan kilat yang kamu sampaikan Me,..”
Aku menghembuskan nafas berat, dalam situasi seperti ini kenapa pula Bang Miqdad khutbah yang tidak jelas, tidak bisakah ia langsung to the poit
“Oke baiklah Me, selamat sebelumnya, suami kamu akan dipromosikan naik jabatan, jadi dia memiliki waktu satu tahun ini untuk memenangkan beberapa proyek di luar negeri, menjadi leader untuk membangun anak perusahaan di sebuah Negeri yang kamu impikan, yup Germany, nah jika ia berhasil menembus target dari pimpinan perusahaan asing itu, ia akan berkantor di German selama 3 tahun dan otomatis naik jabatan, Direktur Me, astaga suamimu calon Direktur sebuah perusahaan asing, abang tidak sangka kamu pintar mencari suami Me...”
Sungguh pernyataan bang Miqdad membuatku tercekat, astaga banyak yang ia sembunyikan dariku, bahkan negara impianku juga ia sembunyikan, padahal aku sengaja memajang foto sahabat penaku yang kuliah di Berlin tepat di dinding komputer pemberian bang Day, lalu kenapa ia merahasiakannya dariku, baiklah aku menelan ludah, ini semakin menegangkan, tapi apa hubungannya dengan menabrak mama.
“Ah, apa reaksi suamimu jika ia tahu bahwa istrinya adalah tim terbaik Advokad muda terkenal ini Me, tapi baiklah ini point menegangkannya, suami kamu yang baik dan lugu itu ternyata memiliki musuh dalam selimut, ia terlalu mempercayai seseorang yang ternyata tidak menginginkan ke suksesan dari suamimu, nah, ini yang sedang abang teliti, karena abang tidak tahu siapa saja teman suamimu, baik yang suka maupun yang tidak suka dengannya, yang jelas promo jabatan itu sangat penting Me, sedang diperebutkan oleh 3 orang terbaik di perusahaan itu, dan suamimu masuk daftar padahal suamimu tidak punya dekingan, 2 calon lain memiliki ayah yang menanam saham di sana, sedangkan ayah suamimu? Hanya tinggal nama di perusahaan itu Me.”
Aku terkejut kali ini aku membalasnya cepat
“Dari mana abang tahu semua ini?”
Aku sangat tercengang dengan ini semua, serumit ini namun berhasil disimpan rapat oleh Bnag Day? Hei, dia anggap aku apa selama ini? Hanya guru biasakah, atau wanita biasa yang wajib berada di rumah tidak perlu tahu kerja dan kolega suami, jantungku berpacu semakin cepat dan amarahku hampir bergejolak, kuredakan segera dengan beristigfar banyak-banyak.
“Ayolah Me, jangan seterkejut itu, di tim kita saat ada laporan akan banyak jaringan yang bekerja Me, kau tidak akan lupa ini, dan mencari info tentang suamimu di Perusahaan asing itu perkara mudah Me, kolega abang banyak yang bekerja di sana, dan rata-rata mereka orang lama Me, bahkan kenal dengan almarhum papa suamimu dan tentu saja cerita dari suamimu sendiri ke abang, awalnya abang tidak yakin ia ingin berbagi tetapi rasa sayangnya padamu dan pada ibunya membuat ia yakin untuk menyelesaikan masalah ini dan menutupnya darimu, maka dari itu ia tidak suka kita bertemu takut jika rahasianya terbongkar, eh sudah terbongkar pagi ini kepadamu Me.”
Aku hanya mengangguk, Bang Day tidak ingin aku terlibat, namun aku jenuh dengan ini semua, aku ingin membantunya, aku ingin semuanya terbuka, tidak ada yang tertutup lagi, aku membalas pesan dari bang Miqdad
“Baiklah bang, maka langkah selanjutnya adalah?”
Tak lama bang Miqdad membalas pesanku.
“Astaga Me, kau lupa apa yang harus kau lakukan Me, apa pernikahan membuatmu lupa dengan pengalaman menangani kasus selama ini?”
Aku mulai jengkel dengan tingkah bang Miqdad, tentu aku tidak lupa, hanya saja kini gerakku terbatas, aku ini istri orang tidak bebas lagi.
“Baiklah-baiklah abang paham, karena gerakanmu terbatas maka focus mencari info tentang teman akrab suamimu yang dari dulu bersamanya Me, yang selalu menemani kemanapun ia pergi termasuk ikut kuliah bersamanya, dan lagi pastikan kamu tahu masalah Ayah mertuamu yang telah meninggal Me, mungkin ada dokument yang tersimpan dan berusaha dilupakan oleh keluarga Dayat, itu saja Me”
Baiklah aku paham ini akan kemana.
“Thanks bang Bro” Sapaan khasku kepada bang Miqdad akhirnya keluar juga.
“Ha ha kau tak lupa panggilan itu Me, baiklah jaga dirimu Me, kasus ini tentang keluargamu bukan orang lain, bisa jadi orang dekat telah berkhianat, atau masa lalu yang masih menyimpan dendam Me, abang akan meeting bersama kru yang lainnya”
Baiklah aku paham bang, tentu saja aku paham, ini akan lebih berbahaya karena ini kasus keluargaku tepatnya keluarga suamiku.
Aku membereskan catatanku, menutup notebookku dan beranjak dari tempat tidur menuju gudang, tempat file-file almarhum papa tersimpan, saat aku mulai berdiri sekilaas ada yang terlihat dari jendela kamar, aku mencoba mengintipnya.
Seseorang yang tidak kukenal, ia berjalan pelan di depan pagar rumah kami, pelan-pelan ia menoleh ke arah rumah, memperhatikan setiap sudut, beruntung kaca jendela kamar kami tidak tembus bayang dari luar tetapi dari dalam, jadi aku bebas melihat gerak-geriknya, lelaki itu telah pergi dan akupun ingin melangkah, namun kulihat lagi ia berbalik arah, kembali memperhatikan rumah ini, aku semakin curiga dan dadaku berdetak lebih kencang dari biasanya, teringat kata-kata bang Miqdad.
“Hati-hati Me, biasa jadi orang dekat yang menyimpan dendam cukup lama”
Saat suasana ini semakin tegang, terdengar bunyi lemparan sesuatu, mengenai jendela di beranda depan, setengah berlari sembari merampas jilbab yang tergantung di dinding kamar, aku membuka pintu depan dengan cepat
“HEI....” Teriakku kuat.
Yang kuteriaki telah lari, meloncak ke sepeda motor di ujung jalan yang ternyata sudah menunggunya, setidaknya aku sempat melihat wajah lelaki itu.
Aku geram, dan kuambil sesuatu yang telah mereka lempar, kulihat ada secarik kertas yang bertuliskan sesuatu, astaga cara mereka jadul sekali menggunakan surat kaleng, dan melihat maksud tulisan itu aku terkejut dan marah, kuremas kertas itu sekuat tenaga.
“Nantikan jawabannya wahai penakut.” Gumamku sendiri sembari menahan kesal.

Jumat, 23 Oktober 2015

Asap di Negeri Penuh Lelucon



Asap di Negeri Penuh Lelucon
(uni Lilis, sebuah goresan hati)
Dimana-mana pembahasannya adalah asap, hei  tentu saja asap ini sama dengan cinta yang tak pernah habis untuk di bahas, dan asap maupun cinta sama-sama merindukan hujan. Bagaimana mungkin hujan juga dirindukan cinta? Kalau hujan dirindukan asap, apa iya asap merindukan hujan? Oke baik mereka yang seringkali menghirup asap dan sudah muak bahkan tidak tahan, ingin sekali hujan datang walau hanya sekedar meredakan amukan asap ini, atau walau hanya memberi kabar bahwa ia akan datang dengan angin yang banyak serta gemuruh yang bertabu-tabu menghantarkan sedikit udara segar.
Asap dan cinta, cinta yang penuh asap, asap yang dicintai pemerintah, asap yang tak dirindukan. Ah, kasian sekali untukku dan provinsiku, provinsi tempatku dilahirkan, provinsi tetangga, bahkan provinsi di pulau seberang sana, kasihan sekali kita ya..
Jantung pertahanan paru-paru kita sudah dibakar habis-habisan, itupun tanpa kita tahu siapa yang telah tega membakarnya, siapa yang bahkan dengan senang hati, tanpa merasa bersalah telah menganiaya kita dengan merusak jantung pernafasan kita ini, mereka kejam sekali, membunuh kita secara perlahan, bahkan sekarang para cukong pemilik lahan, atau bisa jadi cukong yang sengaja membayar oknum-oknum para pencari duit itu sedang tertawa puas melihat kita terkapar, bahkan meninggal dunia, bahkan tidak sehat lagi, atau mereka sengaja membuat kita mati muda, menyimpan ribuan juta racun di dalam paru-paru kita, bahkan korban yang meninggal semalam, bocah yang duduk di kelas 3 SD menyimpan awan indah di paru-parunya. Ah, awan indah kumpulan racun yang akhirnya membawanya bertemu malaikat maut.
Mereka kejam, sangat-sangat kejam, bahkan aku kini lupa siapa pemimpin negeri penuh lelucon ini? Membiarkan kami mati satu persatu, tertawa renyah menerima tamu dari Denmark, namun tak memandang kami sedikitpun yang hampir tenggelam dari peradaban, bahkan mungkin Indonesia ini tanpa SUMATERA, tanpa KALIMANTAN, dan tanpa PAPUA? Apakah Indonesia itu hanya Pulau JAWA, BALI yang ketika musim hujan juga terendam, itu yang mereka perhatikan? Lebih baik kami merdeka sendiri saja...
Ataukah karena suara pemimpin negeri ini tidak menang di pulau kami yang indah ini? Apakah karena dendam parpol yang tak berkesudahan sanggup membuat kami terkapar mega-megap tanpa oksigen bersih, melumpuhkan semua pendidikan, sengaja membuat rakyat ini bodoh, hingga mampu dikuasai asing, para cukong yang mulai berdatangan dengan bangganya di negeri ini.
Apakah kami 3 pulau terbesar ini hanya anak tiri dari negeri ini? Ah, kami ibarat anak sulung yang hanya disuruh bekerja, bekerja, dikuras tenaga dikeruk hasil buminya tanpa dibalas apapaun, bahkan ketika sedang sakit seperti ini kami tak dipandang, astaga, pemimpin seperti apa sebenarnya yang sedang memimpin negeri ini.
Kini siapa yang peduli dengan kami? Siapa yang mau menyelamatkan kami? Sedang pemimpin negeri ini sedang sibuk dengan permainan bola bergelinding yang diperebutkan 22 orang, yang pialanya hanya berbahan kayu, dan hadiahnyapun boleh ngutang, bahkan pertandingan yang hanya membutuhkan lapangan tidak lebih dari 1 hektar luasnya, bisa membuat pemimpin negeri ini mengerahkan 30.000 personil untuk berjaga-jaga.
Kita ni lihat, kita, kami, kita aduhai sedihnya, lahan yang terbakar itu 40.000 hektar kawan, yah 40.000 ribu hektar, kalian tahu berapa personil yang dikirim pemimpin kita yang penuh lelucon itu, hanya 20.000 personil kawan-kawan, hanya 20.000 personil.
Merak ingin berapa nyawa lagi yang berkurang hingga akhirnya mereka benar-benar peduli? Atau mereka baru akan tiba dan tergerak hatinya ketika semua warga di sini meninggal dunia, atau memutuskan keluar dari NKRI yang tercinta ini, aduhai apa kata dunia tentang negeri yang katanya greenland yang hilang, surga dunia yang kini telah berubah menjadi neraka dunia. Memang bencana di negeri kami ini berbeda dari derah yang lainnya, namun kemana kami harus mengungsi, kemana kami harus pergi, kemana kami harus bernafas?
Wahai, pemimpin yang kami hormati, tidak adakah lagi nuranimu untuk kami, sebenci itukah kamu dengan kami, pulau yang indah ini, kenapa kehadiranmu bahkan tak mempengaruhi apapun, sebenarnya anda pemimpin di negara mana? Setega itukah hati seorang pemimpin, atau hasil Tallent maping anda memang tidak ada point empatynya.
Kami mulai lelah dengan kepemimpinan ini, 4 tahun akan kami tunggu dengan indah wahai para pengeruk kebahagiaan kami, 4 tahun itu akan segera berlalu wahai penguasa rezim lelucon di negeri ini, 4 tahun itu akan kami rebut darimu, 4 tahun itu dendam anak-anak negeri ini akan menggulingkanmu, 4 tahun lagi kau akan melihat pilar-pilar kebangkitan, kau akan melihat anak-anak yang hidup dari asap yang penuh racun ini, akan mendatanganimu, akan merenggut kekuasan itu dari tanganmu, mengkudeta kepemimpinan yang hanya menyengsarakan, pemimpin terbaik itu akan lahir dari pulau keras ini, dari pulau SUMATERA yang hanya kau ambil hasil alamnya tanpa kau perbaiki lagi, pemimpin tangguh itu akan hadir dari pulau KALIMANTAN yang terhormat yang kau grogoti alamnya, ia kan lahir dari SULAWESI yang berdarah juang tinggi.
Bersiaplah wahai rezim lelucon, hari ini kami memang menghirup asap, baiklah kami berterimakasih atas ketIdakpedulian ini, tapi tenang BADAI PASTI BERLALU, dan semoga suatu hari nanti kau sadar dari mimpi-mimpi duniamu, mengiba maaf dari anak-anak yang terserang ISPA....

Kamis, 08 Oktober 2015

Ulasan Nikah



Ulasan Singkat Tentang Nikah
UniLilis
Menikah bukanlah perkara mudah, memang, bahagia selalu kita lihat dari pasangan yang sudah menikah, namun kita lupa ternyata di balik senyum bahagia itu ada sejuta derita yang mereka sembunyikan, ada ribuan air mata yang berhasil mereka tutupi. Terlihat senang memang di awal, bahkan aku sudah mempelajari masalah perikahan sejak dari aku kuliah, tetapi tetap saja, teori tak seperti realita dan praktek yang terjadi.
Dimulai dari memilih pasangan, lelaki yang baik tentunya akan dipertemukan dengan wanita yang baik juga, itu jelas bahkan hukumnya tertulis di Alquran, namun kini bagaimanakah cara menemukan lelaki baik itu? Bukankah yang terlihat oleh mata ini, semua lelaki itu baik, termasuk teman seharokah, seorganisasi, yang mungkin sering bercengkrama dengan kita, terlihat memang baik, tentunya berbeda dengan teman dekat yang sehari hari tahu kebiasaan kita, kalau teman baik, kita tentunya pernah melihatnya marah, diam merenung bahkan mungkin tak meyapa kita dalam sehari. Tapu kuncinya adalah, lihatlah dirimu, maka kau akan melihat seperti apa jodohmu.
Lelaki memang memiliki sejuta misteri, apakah mereka membutuhkan wanita yang cantik untuk melengkapi hidupnya? Cukupkah hanya sekedar cantik yang membuat mata para lelaki lain ikut memandang kecantikan istrinya? Atau akhirnya ia malah menyuruh istrinya untuk tetap di rumah saja ditakutkan karena kecemburuan, ya... ini bisa saja terjadi dalam biduk rumah tangga, wanita harus siap, karena dunia yang dihadapi tak lagi sama saat sendiri, semuanya sudah berdua, bukankah istri adalah pakaian dari suami dan suami adalah pakaian dara istri?
Wanita harus kuat dan memiliki azzam yang besar jika memang ingin bergelarkan istri, karena di sisi lain kita akan memiliki dia yang tentunya tidak bisa dipisahkan dari ibunya, kalian tentu tahu, kasih sayang seorang ibu itu sangatlah besar kepada anak lelali tak sama seperti sayang kepada anak perempuan, walaupun ibu selalu berusaha adil membaginya, namun tetap saja lelaki lebih utama, karena surga tak pernah hilang dari kaki ibu yang memiliki anak lelaki, lalu kita? Setelah ijab qabul itu terucap, ribuan malaikat menjadi saksi, saat itulah yah.. saat itu perpindahan surga terjadi, dari kaki ibu ke kaki suami, itulah kodrat wanita, baik atau buruk suaminya, surga tetap ada di kakinya.
Jangan hanya membayangkan kesenangan dalam rumahtangga, kemana-mana berdua, posting foto, kata-kata mesra, walaupun memang sudah halal, tapi terkesan memamerkan hubungan, yang membuat orang lain cemburu, ingatlah sewajarnya saja jika di khalayak banyak, takutnya terkadang ada orang yang suka dan ada juga yang tidak suka dengan kita, terlebih perasaan para singgle.
Lalu, wanita seperti apakah yang dibutuhkan seorang lelaki? Entahlah yang kutahu, kulihat ibuku sangat melangkapi ayahku, apakah ibuku cantik? Ah, kita tahu bahwa kecantikan wanita itu fariatif, tak bisa dinilai dengan satu sudut pandang saja, namun jika dari lahirnya memang cantik parasnya maka cantiklah, tetapi ada yang sejuk dipandang mata, ada yang senyumnya menentramkan hati, ada yang tutur katanya menenangkan, dan yang lainnya, karena tak semua wanita cantik memancarkan kesejukan bila dipandang, carilah wanita yang memang bisa menjadi pendamping, pelengkap dalam rumahtangga, wanita yang kuat menghadapi aneka cita rasa nano-nano dalam rumah tangga.
Ditambah lagi jika terjadi masalah, wanita harus siap dengan ini semua, karena rumahtangga itu adalah ibarat mengarungi lautan, yang kita tidak pernah tahu apakah gelombang akan baik baik saja, atau bahkan mengamuk meluluh lantakkan kapal besar kita, nan akhirnya membuat kita berlayar dengan sekoci kecil?
Jadilah wanita yang mampu bertahan dengan segala macam cobaan, cabaran yang ada di hadapan, menikah bukan tentang aku dan kamu atau bukan tentang kamu dan dia, tapi tentang dua keluarga besar bahkan 4 keluarga besar.
Tak jarang perbedaan adat seringkali menjadi pemicu percikan api kecil dalam rumahtangga, kebiasaan yang juga berbeda membuat kita harus responsif dalam bertindak dan solitif dalam mengambil keputusan, bisa saja sesuatu itu biasa di rumahnya, namun ternyata, itu sesuatu yang pantang bagi keluarga besar kita, lalu haruskan kita saling bertengkar karenanya? Tidak, tapi bagaimana saling bergandengan tangan tuk mengadapi semuanya, kompak dalam menyelesaikan masalah yang ada, bukan memilih lari bahkan pergi meninggalkan ia sendiri.
Sesulit apapun keadaan, bukankah kita diharuskan bertahan, karena ikatan itu adalah ikatan suci? Lalu sanggupkah kamu menjadi seorang isti? Yang bahkan kita tidak pernah tahu siapa dia? Yang nantinya menjadi suami kita? Apakah seperti yang kita impikan? Mendapatkan pangeran yang bisa membawa kita kemana saja, menjadikan kita ratu di istananya, sanggupkah kita hidup dalam aturan kejaraan? Atau memang sukakah kita menjadi istri dari seorang raja?
Lalu bagaimana jika sang suami kita adalah kalangan biasa saja, rakyat jelata yang untuk dapat makan sehari saja cukup baginya, sanggupkah kita bersamanya membangun tiang-tiang rumah syurga, tanpa sedikitpun meninggalkannya, sanggupkah kita menahan kecemburuan dengan kesuksesan sahabat kita yang mungkin sudah menikah dengan anak datuk atau bahkan anak dari orang kaya yang cukup tinggal di rumah saja sudah bahagia.
Atau sanggupkah kita menjadi istri dari seorang pengacara, hakim, polisi, orang terkenal yang mau tidak mau menuntut kita juga terlibat dalam dunia kerjanya menjadi patner dalam pekerjaannya? Sanggupkah kita duhai wanita?
Karena pernikahan bukan satu atau dua hari, bukan setahun seperti amanah organisasi atau 5 tahun dalam jabatan pemerintahan, tetapi selamanya, selama kita mampu bersamanya, menjalin hubungan baik dengan keluarganya, dengan keluarga kita, sepanjang kita mampu selalu berada di sampingnya, memampukan diri saat menerima kenyataan jika disepanjang perjalanan ia sakit, bahkan ia terpuruk, ketika ia berada di titik terbawah hidupnya, atau ketika ia berada di puncak kesuksesannya?
Sanggupkah kita melihatnya bersama wanita lain yang merupakan delegasi kerjanya. Sangguplah kita ditinggal pergi demi pekerjaan atau urusan da’wahnya? Sanggupkah kita menjadi singgle parent saat ia harus pergi jauh meninggalkan kita dan anak anak nantinya?
Ini tentang realita hidup, karena pernikahan bukan tentang aku dan kamu, kamu dan dia atau bukan tentang kau dan dia, ini tentang dunia dan keluarga besar.
Lalu siapakah jodoh kita? Semoga ia yang mampu menerima kita apa adanya, dan yakin jika kita adalah pendamping, patner yang akan membantunya, bersamanya dalam suka, maupun duka bahkan jika diuji dengan perpisahan, kita harus mampu untuk saling menjaga dan tetap saling percaya, saling menerima segala kekurangan dan kelebihannya. Menjadi penyempurna dalam hidupnya. Dan dipersatukan kembali di jannnahNya.
Ini hanya tulisan sederhana dari saya.