Senin, 07 Maret 2016

Filosofi Jembatan

Kita tentu tahu bahwa fungsi jembatan adalah menghubungkan dua tempat yang terpisah, baik secara teritorial maupun secara perasaan.

Dan untuk menghubungkan dua tempat atw dua wilayah atau dua hati maka kita butuh jembatan yang harus rela untuk dipijak, dilindas, terkadang diguncang-guncang anak-anak yang sengaja melewatinya nya.

Namun, sesakit apapun perasaan jembatan ia tak pernah marah, apa lagi balas dendam kepada yang telah melewatinya, seringkali hanya ada senyum bahagia saat ia berhasil menjembatani dua orang yang terpisah, atau membuat seseorang menemukan jalan untuk bertemu atau melihat tempat di seberang jembatan.

Apa jadinya jika jembatan ingin ikutan dalam pertemuan dua orang yang terpisah itu, mungkin tidak akan ada lagi orang yang menyeberang.

Apa jadinya jika jembatan tetiba merajuk tak ingin ada siapapun yang boleh melewatinya, kurasa kita akan ragu melewati jembatan itu.

Namun, jembatan tak pernah marah, tak pernah sakit hati, ia selalu ikhlas jika hadirnya memang bisa menghubungkan dua orang bahkan lebih, ia ikhlas jika ternyata di ujung jalan ada pesona nan indah yang dinikmati para penyeberang, bahkan ia tak pernah iri atas cerita yang selalu dibawa pulang oleh para penyeberangnya.

Seharusnya begitu juga dengan kita. Kadang hadir kita hanya menjadi jembatan, penghubung antara dua sahabat, dua cinta, dua lembaga, atau dua rasa yang belum menyatu, maka bersyukurlah jika akhirnya dengan hadirnya sang jembatan semuanya bisa bertemu.

Jika akhirnya jembatan itu rusak, maka tak mengapa asalkan yang ingin menyeberang itu telah bertemu satu sama lain.

Karena tidak ada yang sia-sia, penguasa alam selalu tahu cara terbaik membalas keikhlasan makhluknya.

@UniLilis

Tidak ada komentar:

Posting Komentar