Minggu, 21 Februari 2016

Sapu Tangan Biru Langit

Aku menatapnya dari kejauhan, senyum indah itu kini tak lagi menghiasi wajah lucunya.
Aku tahu ia sedang kecewa, pada siapa, aku juga tak tahu.
Lama ia menatap layar Android yang di genggam nya, hingga akhirnya ia memasukkan barang canggih itu ke dalam ransel yang sedari tadi tersandung di bahunya.

Dan, akhirnya air matanya pun tumpah, saat melihat itu ingin rasanya aku berlari dan menghampirinya, bertanya, minimal menenangkan hatinya, namun aku terlambat.
Seseorang yang ku kenal telah menyodorkan sapu tangan biru langit kepadanya, saat itu, iya, saat itu aku merasa tidak diperlukan dan tidak berguna.
Aku sempat berfikir untuk pergi dan meninggal wanita yang berjilbab coklat itu, namun kakiku enggan bergerak, seolah ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi.
Sayang, kurasa wanita itu lebih membutuhkan lelaki yang menyodorkan sapu tangan biru langit itu, bukan aku, yah bukan aku yang memang sedari awal hanya memperhatikan tidak mempedulikan.

Duhai kamu, semoga dia memang sanggup menghentikan tangisanmu, bukan hanya menjadi topeng yang menipu hatimu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar