Kamis, 24 September 2015

Undami Explorer C.1



Pak Nasihin, Bapak Seribu
( Cerpen : Undami Explorer 1)
Sedikit, sebelum kita mengetahui perjalanan Undami, baiknya kita kenalan dulu dengan mereka, okeh.. undami merupakan singkatan dari panggilan tiga orang yang sifatnya hampir sama, tidak jauh berbeda, yaitu Un yang berarti uni memiliki sifat seorang kakak, tetapi tidak jarang juga seperti adek-adek, Da yang berarti uda memiliki sifat keabangan yang mewarnai hari-hari orang di sekitarnya, jarang banget marah dan kurang sensitif, dan  mi yang berarti mamik karena tipikalnya tegas, visioner, seperti mami-mami, dan yang unik dari mereka adalah, umur mereka yang tidak jauh berbeda, mereka juga bekerja di sekolah yang sama, sekolah non formal binaannya Lembaga Amil Zakat.
Oke, cukup kenalannya, karena nanti di tulisan ini kita juga akan mengenal mereka lebih jauh, lengkap dengan karakter masing-masing.
Pagi Jum’at saat mentari pagi tidak muncul, udara yang kelam bercampur asap dan jarak pandang yang hanya 100 meter saja, laksana negeri di atas awan. Yup inilah gambaran kota Pekanbaru pagi ini.
Sebenarnya semua anak-anak diliburkan dan guru-guru juga, nah si uni yang hoby banget jalan-jalan berinisiatif buat pulkam, alias pulang kampung, heboh dech di grup mempersiapkan perjalanan ke Sumbar. Mami yang juga memiliki hoby yang sama ikut menimpali, namun lebih ekstrim lagi.
“Kita pakai motor aja ke Sumbar nya...” Celotehnya di grup Whatsapp.
Tiba-tiba pembicaraan hening, nah, se berani-beraninya uni, dia orang yang paling patuh sama peraturan, terutama peraturan ayahnya yang melarang mengunakan motor untuk pergi ke luar daerah Pekanbaru, alias g bakalan di kasih izin.
“Jangan ada yang pergi pakai motor...” Kalimat ini terasa tegas banget, yuhu...siapalagi kalau bukan uda yang membalas, kan udah dibilang di atas, sifat keabangannya keluar dech, perhatiannya datang dech.
“Lebih Hemat Pakai Motor...” Balas mamik yang g mau kalah, sebenarnya mami dan uda ini jarang banget akur, mereka lebih sering berbeda pendapat.
“Haddeh, pakai mobil uda ajalah gimana?” Dan inilah mediator sok solutif, memberikan solusi di saat yang dibutuhkan, maksudnya gini, mamik adalah orang yang g suka minta tolong, nah sedangkan uda adalah orang yang suka banget nolong, tetapi harus ada yang minta tolong dulu, hingga akhirnya datanglah uni.
“Kita sewa mobil uda aja, sekalian uda nyupirin kita ke Sumbar, gimana? pada sepakat kan????”
Dan semuanya bersorak sorai, sepakat, semuanya sudah di susun, dana juga udah disiapkan, dan tinggal eksekusi, tetapi satu orang lagi, si bungsu di antara guru-guru,  yaitu debot, adek bontot yang belum memberi kabar hingga jam 12 malam, jadilah mereka semua galau maksimal.
“Jadi pergi g ni mik?” Tanya uni.
“Tergantung debot, kalau dia g ikut, g mungkin uda sendiri laki-laki di mobil? Mahrom uda g ada, lagian yang pergi banyakan cewek-ceweknya.” Balas mamik.
“Malas lah, gini mik, yaudah kita batalin ajalah lain kali aja, pun un g suka planing yang ragu-ragu” Balas uni lagi.
Subuh jumat, balasan dari debot belum juga ada, entah apa yang terjadi dengan debot, apakah sinyal yang hilang, atau paket internet yang habis, atau ia hilang dari peredaran. Hingga akhirnya keputusan itupun dibuat.
“Kita g jadi ke Sumbarnya, debot g bisa...” Kalimat itu sigkat namun penuh muatan duka, apalagi bagi seorang uni, yang hoby bikin planing tetapi seringkali yang ia planingkan gagal.
“Un tahu dari mana g jadi berangkat?” Balas uda yang sebenarnya sudah tahu jikalau uninya kecewa, tetapi ya gitu dech, belajar ngambil hati dan membujuk, uda tahu banget jikalau uni itu pengen ke Sumbar, jadi mana mungkin uni membatalkan sesautu jika bukan terjadi sesuatu kepadanya.
“Un hanya memahami makna tersirat dari debot, mungkin ada sesuatu yang terjadi  dan dia enggan cerita, dan berat mengatakan  tidak, jadi un simpulin sendiri aja kalau g jadi, dan yang lain udah un kabarain kok kalau g jadi, dan silahkan jika mau keluar kota sendiri.!”
Tidak ada pembicaraan lagi subuh itu, semuanya hening. Hingga akhirnya jam 07.00 masuk pesan dari mamik.
“Khusus penanggung jawab Agribisnis jam 08.00 kita kunjungan ke rumah Pak Nasihin ya, beliau akan mengajarkan kita tentang hidroponik, cc undami aja”
Sayangnya pesan ini tidak terbaca oleh uni, yang sudah terlanjur kecewa karena g jadi pergi, sebenarnya bukan kecewa g jadi pergi sich, tetapi kecewa karena setiap yang ia planingkan selalu gagal, selalu gagal, tidak pernah berhasil, sebaliknya, hal yang tidak terduga selalu berhasil ia tuntaskan seketika, inilah si uni yang suddenly banget sama dengan mamik.
Sebenarnya undami ini, mereka setipe, hanya saja mami lebih tegas dan lebih terfocus serta terarah dan lebih pandai mengelola emosinya sendiri, apalagi si uda paling dewasa, paling bijaksana paling perhatian, paling baek, paling –paling dech dan sayangnya dia paling g sensitif sama sifat cewe-cewe.
Tahu pesan itu belum dibaca sama uninya, uda menjapri uun untuk mengingatkan acara kunjungan yang dibalas singkat.
“oke..”
Dan alakuli hal, uni yang paling telat mengetahui info itu menjadi orang yang pertama sekali hadir di sekolah, ini kelebihan lainnya dari uni, orangnya on time, jangan coba-coba janji dengan uni kalo kamu g berniat ontime, kamu bakalan di cap di hatinya sebagai manusia lelet.
Di susul oleh mami, yang kebiasaan banget ngaret, g tepat waktu, sering telatnya masih bisa diterima sich, 5 atau 10 menit, nah ini ni si paling ganteng di antara mereka, uda, yang telat juga, dengan seribu alasan yang udah hafal di telinganya uni
“Dah yok berangkat...” Ajak uni.
“Kita bertiga aja ni?” Tanya mami yang merasa kurang rame kalau hanya bertiga.
“Trus mamik mau ngajak siapa lagi? Di grup g ada yang diajak? Ajaklah yang lain....” Balas uni
“Udah un, udah diajakain, tapi g ada yang balas....” Komentar mamik
“Ada ni, debot yang balas, jam berapa katanya...?”Kata uda
Uun dan mamik memilih diam.
 “Oke, biar uda yang balas..debot nanya yang ke Sumbar atau yang kunjungan?” Balas uda di grup.
Alhasil setelah ditunggu dan menunggu tidak ada jawaban juga, akhirnya uni dan mamik menghidupkan motornya menuju keluar sekolah.
“Yok, kita pergi aja, takutnya ntar pak Nasihin nunggu” Ujar uni singkat
Tanpa basa basi lagi merekapun keluar pagar sekolah, termasuk uda, mamik dan uni sudah berada di luar dan menunggu uda untuk mengunci pagar, uni terdiam sementara mamik tertawa.
“Kenapa?” Tanya uni
“Liat uda....” Jawabnya singkat
Mereka menoleh ke pagar, dan seketika juga uni dan mamik tertawa serentak, bahkan sampai terbahak, uda yang ditertawakan baru menyadari jika ternyata dirinya terkurung di dalam pagar..., seharusnya uda mengunci pagar itu dari luar sementara ia malah berada di dalam sekolah dan hondanya di luar.
“Astagfirullah, uda kira uda udah di luar, haddeh... gagal focus pagi ni....” Akhirnya si uda sadar jikalau ia terkurung.
Uni dan mamik masih saja tertawa.
“Kenapa g ditegur mik?” Tanya uni
“Bukan.., bukan gitu... mamik kira, dia mau keluar lewat bawah, atau manjat, g kepikir kalo dia terkurung, ha ha ha gagal focus semuanya pagi ini...”
Perbincangan undami di pagar berakhir, mereka bertiga beriring-iringan menuju jalan Harapan Raya yang dari Rumbai membutuhkan waktu 30 menit, dengan penunjuk jalan yang terkenal, siapa dia??? tentu saja uda, yang lebih tahu alamat-alamat di kota Pekanbaru ini, secara... udakan penjelajah kota, jalanan apapun dia mah tahu, apalagi jalanan di Sumbar, wah... uda paling hafal dech tuh, kalau uda g tahu, tenang... dia g bakalan nyerah, dia akan bertanya ke sana dan kesini, bertanya ke warga atau ke siapapun yang ia temui, nah kalau g ketemu juga nih, dia pake cara terakhir, yaitu googlemap.
Jam 9 lewat sedikit undami berhasil mendarat, eh sampai di rumah pak Nasihin. Beliaupun sudah menunggu di dalam rumahnya, dan langsung keluar lalu menjelaskan tentang proses pembuatan hidroponik.
Media tanam hidroponik merupakan media yang cocok untuk kota Pekanbaru, dikarenakan lahan yang semakin sedikit dan banyaknya ruko (rumah toko) yang dibangun sepanjang kota Pekanbaru, demi melihat adanya peluang, berangsung-angsur petani mulai kreatif dengan memanfaatkan media hidroponik, menanam sayur kini tidak perlu lahan lagi, cukup membuat tempat seperti jenjang lalu ditempelkan pipa-pipa berukuran besar di setiap tingkatnya dan pipa tadi dibolongi terlebih dahulu dengan alat bor, karena nantinya hasil bolongan itu akan diletakkan bibit yang sudah ditanam di dalam mini cup or aqua gelas gitu.
Okeh, setelah pipa terpasang, maka ia akan dialiri air yang sudah bercampur nutrisi yang bermana AB Mix, dan air tadi akan dipompa dengan mesin aquarium, agar air terus dan terus mengalir, nah bibit yang sudah di dalam cup tadi di letakkan di bolongan pipa-pipa, oiya sebelumnya, bibit tadi itu tidak dikasih tanah loh, tetapi gilingan serbuk kelapa yang membuat ia tetap lembab, dan air terus meresap dan perlahan namun pasti bibit nan kecil itu suatu hari akan menjadi besar dan tumbuh menjadi sayur, kebanyakan petani hidroponik menanam sayur selada dan pakcoy sich, tapi ada juga yang nanam kangkung.
Nah, kalau g ngerti gpp dech dingertiin aja ya.
Oke kita lanjutin, lihatlah mamik dan uni, mereka sudah dari tadi mengamati sekitaran tempat penanaman bibit milik pak Nasihin, ada banyak cup cup kecil yang sudah ditumbuhi benih-benih sayuran. Sementara itu,iuda asyik berbincang dengan pak Nasihin tentang proses pembuatan media hiroponik yang ternyata, kalau pesan sama pak Nasihin harga pembuatan media aja 2.500.000 ditambah bibit 1 cup 1.000 hitung deh berapa cup yang dibutuhkan.
Mereka bertiga termasuk cepat memahami sesuatu,  hingga ada pernyataan dari pak Nasihin yang sampai sekarang masih mereka ingat.
“ini semuanya saya jual ke anak sekolah, karenakan di sekolah mereka memang prakteknya membuat hydroponik, saya jual satu cup Rp.1.000 saja, pernah suatu hari ada juga teman yang mesan sama saya bibit selada 200 cup, malam itu saya kerjakan langsung dan selesai, saya susun rapi di belakang, dan paginya... Masya Allah habis di makanin tikus, ternyata tikus di rumah saya ini suka dengan selada, hilanglah uang Rp 200.000 saya.. he he he..” Jelas pak Nasihin sambil tertawa renyah.
Uda demi mendengar tikus menyukai selada, langsung menoleh ke arah uni dan mamik, dengan nada sedikit berbisik ia berkata
“cie.... tikus pecinta selada dang....”
Mendengar itu, uni dan mamik tersenyum sinis, karena uni dan mamik adalah pecinta selada.
Perjalanan mereka g sampai di sini, pak Nasihin mengajak mereka melihat media tanam yang lebih canggih yaitu dengan cara di infus dan nantinya airnya nyiram sendiri.
Ternyata tempatnya steril banget, tanaman pakcoy sekitaran seratusan pot di tanam di sana, dan memang seperti taman bunga, tetapi g ada rumput dan pake kelambu, hee.... sejenis kelambu atau bahasa kerennya paranet, dan udah dialirin pipa-pipa yang setiap tiga jam sekali pipa itu akan mengeluarkan air sendiri alias nyiram sndiri.
Undami terlihat bahagia di sini terutama mamik saat tahu ada 10 bibit jambu madu.
“Mau bibit jambu madunya...” Rengeknya kapada uni.
“Mana mau bapak tu ngasih mik, itu mahal lah....” Balas uni
“Kalau dijual 300 ribu mau ambil ha....” Rengeknya lagi
Mamik gitu orangnya, jika sudah suka dan terlalu suka dengan sesuatu ia akan merengek seperti anak kecil yang mengemis permen ke orangtua.
“ Apa.......lah ni buat malu aja...” Balas uda santai
Yang akhirnya dibalas dengan tatapan sinis mamik, sementara itu uni sedang menikmati keindahan sayur pakcoy atau sayur yang biasa digunakan untuk menemani semangkok bakso maupun mie goreng, mereka menyebutnya pakcoy.
Petualangan undami hari ini harus berakhir dikarenakan uda harus sholat jumat dan uni beserta mamik harus kembali pulang, sebelum itu, uda berbaik hati mentraktir mereka minum jus di tempat favorit mamik.

Okeh ini aja dulu ya keseruannya, ini baru permulaan loh, karena hari sabtunya mereka punya cerita lain yang lebih seru...


Tidak ada komentar:

Posting Komentar