Sepatu
Biru Debot
(Cerpen
Undami Eksplorer C.2)
Senin yang masih diselimuti kabut asap
nan semakin pekat, bahkan jarak pandang hanya 100 meter saja, belum lagi unsur
asap bercampur dengan racun yang hanya akan membahayakan pernafasan serta
paru-paru. Sekolahnya undami sebenarnya hari senin tidak ada KBM (Kegiatan
Belajar Mengajar).
Namun dikarenakan ada beberapa hal
yang harus diselesaikan di sekolah, akhirnya undami memutuskan untuk rapat
bertiga ditemani Edi yang kebetulan harus menyelesaikan kuisioner dan membantu
kurikulum menyelesaikan
jadwal lalu memprintnya agar selasa bisa dibagikan, dan ketika asap ini
sempurna hilang, semuanya bisa diaplikasikan segera.
Mereka berempat berjibaku di ruangan
guru, kertas yang berserakan serta printer yang masih berjalan dengan lancar
walaupun hasil print tidak sebagus yang diharapkan, namun masih bisa dibaca
juga tulisannya.
“Pak Edi butuh print berapa untuk yaumiyah anak-anak SD?” Tanya
uun di sela kesibukan mereka.
“60 buk,,”
Jawab Edi yang masih sibuk dengan laptopnya sendiri, sembari bersenandung
lagu-lagu nasyid yang ia hidupkan.
“Kamu bisa diam g Pak? Suara kamu
mengganggu konsentrasi saya.!” Mamik yang posisinya
tidak jauh dari Edipun berkomentar.
Yang ditegur malah semakin menjadi-jadi
melengkingkan suara ke udara
membuat uda dan uun tertawa berbarengan.
“Ndeh... keg ginilah ya, kalo Edi
lagi kerja, heboh.., berisik..!!!!!.” Komentar mamik ceplas
ceplos.
Edipun tak mau kalah,
“Santai lah Buk, ibuk tu kerjakan
saja kerjaan ibuk, jangan komentar...”
Edi dan mamik ini tidak pernah akur
jika bertemu, apalagi jika ada debot wah.., makin parah ajalah keterpurukannya
mamik, apalagi kali ini, uda yang usil ikut bantuin Edi.
“Iya.., santai ajalah mik, kalau
nggak, ribut-ribut jugalah, nyanyi-nyanyi jugalah....” Balas
uda santai
Mereka berempat ini sedang menyelesaikan tugas
masing-masing, sebelumnya mereka mengerjakan tugasnya sendiri-sendiri, dan kali
ini karena terdesak harus dikerjaan bersama, dan butuh team work, kita juga
jadi tahu bagaimana mereka bekerja, ada yang bisa menyelsaikan sesuatu dengan
diam-diam saja, ada yang butuh musik, atau murotal, ada juga yang sambil kerja
dibarengi nonton, ada juga yang jika mengerjakan sesuatu malah nyusun-nyusun benda yang ada di meja
baru bekerja, nah beda tipe ini bertemu dalam satu rungan sederhana, alhasil ya
gitu, sekalinya ribut, ribut banget tetapi selaginya diam, diam banget ampe
suara cicak aja bisa kedengeran.
Setelah asyik bekerja, tiba-tiba
mereka semua terdiam, bahkan
musik di laptop Edipun sudah mati, hingga akhirnya terdengar sesuatu, ada rona
curiga di wajahnya Edi, uun yang duduk selurus dengan Edipun heran.
“Kenapa Ed?”
Tanya uun penasaran.
Edi hanya diam, dan memperhatikan
lurus ke jendela yang berada di atas kepala uun, kebetulan di ruangan ini
mereka duduk lesehan, tanpa kursi,
mejanyapun meja sederhana, tidak tinggi seperti pada umumnya.
Tiba-tiba Edi berdiri.
“Oi........”
Pekiknya keras.
“Diambilnya sepatu Debot.....”
Tambahnya lagi dengan nada setengah teriak.
Undami berdiri dan saling terkejut, Edi
yang baru menyadari keadaanpun memilih langkah seribu mengejar anak laki-laki
bersegaram sekolah itu, uda yang reflek terkejut, mengambil kunci hondanya dan
ikut mengejar
ke luar.
“G terkejar sepertinya mik, anak itu
langsung loncat ke honda temennya, Edi udah terlanjur lari..”
Jelas uun
“iya ya un? mamik fikir dia jalan
un, tapi ya Allah,. Sepatunya debot..” Balas mamik dengan
nada sedih.
Uun dan mamik ditinggal berdua di kantor, dengan perasaan yang cemas,
sementara debot masih berjibaku di ruangan pribadinya, tak lama kemudian Edi
kembali, dan uda juga sudah kembali.
“G terkejar doh.., mereka ngebut....”
Kata uda
“Saya rasa bukan anak kita, soalnya wajahnya saya g
kenal, tetapi pake seragam sekolah, kok berani ya dia...??”
Kata Edi sembari berjalan memasuki kantor.
“Kok bisa kamu tahu Ed, kami aja
hanya dengar suara kaki, kirain si debot lagi ke dapur atau masih di ruangan
sebelah.” Kata Mamik
Debot yang sedang dibicarakanpun keluar
dari ruangannya dan menuju ruang guru.
“Kenapa un?”
Tanya nya penasaran
“Sepatu biru kamu diambil orang bot,
udah dikejar tapi g dapet...” Jawab uun.
Debot langsung mengambil kunci hondanya
dan seketika pula mengejar anak-anak tersebut, sepertinya ia tahu dimana
anak-anak itu sembunyi.
“Emang debot tahu?”
Tanya mamik
“Entahlah..”
Jawab uun, uda dan Edi bersamaan.
Merekapun saling diam di kantor, tidak
ada penjelasan apapun, karena sudah terlanjur terlambat, dan tidak ada yang
tahu siapa yang telah mengambil sepatunya debot, debot yang mendapati sepatunya
hilangpun sudah kembali dari pencarian yang terlambat, dan ia hanya bisa
berkomentar
pendek
“Sudah diincar sepertinya, sepatu
itukan selalu terpajang di luar, dan jarang gue pakai, bisajadi anak itu
terlanjur suka sama sepatu biru gue, yaudah gpp, belum rezeki..”
Katanya singkat.
“Kedepannya kita harus waspada,
sekolah kita ini udah terlanjur terkenal, dan pasti ada yang suka, tentunya
banyak juga yang g suka, kita harus siap siaga dengan segala kemungkinan, debot
juga harus lebih waspada dan berhat-hati dengan orang yang tidak dikenal, kalau
ada apa-apa infokan segera..” Ujar uda panjang lebar.
Sifat Protektifnya keluar dech...
Undami dan Edipun tak bisa berkata
apa-apalagi, kini merekapun kembali tenggelam dalam pekerjaannya masing-masing.
Oiya selang beberapa jam, ada kejadian
lagi di sekolah mereka, nantikan di Undami Eksplorer 3 ya...
Tidak ada komentar:
Posting Komentar