Semanis Cornello bang Fadeli
(sepenggal kisah di sumbar)
Perjalanan dari Pekanbaru ke Sumbar itu tidak terlalu jauh sekitaran 6
jam. Nah, kali ini sekolah kami mengadakan kunjungan atau Studybanding ke salah
satu sekolah yang ada di Bukittinggi Sumatera Barat. Karena yang ikut lumayan
rame kami dibagi menjadi dua mobil, yang mobil avanza hitam dikemudikan sama
Daway adeknya Uun, dan mobil satu lagi dibawa bang Fadeli kebetulan beliau
temen sepupunya Daway.
Demi keakraban dan agar tidak ada pilih-pilih Uun memutuskan untuk ikut
di dalam mobilnya bang Fadeli, walaupun sebenarnya Daway pengen banget Uun satu
mobil sama dia, biar lebih seru. Namun kali ini demi keakraban Uun memilih di
mobil kedua bersama Hamid, Debung dan Dekmo, sesekali ada k Mela yang kebetulan
pindah-pindah mobil.
Nah, karena hanya bang Fadeli yang yah.., bisa dikatakan orang lain,
artinya bukan anggota sekolah, tepatnya orang lainlah dalam perjalanan kali
ini. Tapi, bukan keluarga Arruhama namanya kalau tidak bisa membuat orang lain
bisa akrab dan langsung menjadi anggota keluarga baru selama perjalanan.
Malam ini di perjlanan menuju Sumbar dari Pekanbaru dimulai, di dalam mobil
kelihatan sepi-sepi ajah, Uun berniat mau menyapa bang Fadeli malahan takut
mengganggu konsentrasi menyetirnya, Melihat Debung dan Dekmo diam saja dengan
aura mabuknya, lalu Uun langsung berfikir untuk mengadakan makrab(malam keakraban)
sasarannya adalah Hamid, anak seni yang penuh kegilaan dan baru bergabung satu
bulan di Arruhama.
Hamid ini udah kenal sama Debung sejak mereka kecil secara mereka
berdua kan tetangga, dan Hamid juga udah kenal sama Uun sebelumnya di remaja
masjid. Satu lagi yang mengenal Hamid adalah Daway yang satu kampus sama Hamid.
Dan kali ini adalah waktu yang tepat untuk mengupas semua tentang Hamid.
Dimulai dari pertanyaan2 sederhana hingga ke pertanyaan pribadi, hingga Uun
sampai ke pertanyaan
“Mid, apa yang Hamid lakukan ketika
ayah dan ibu Hamid mencarikan seorang wanita soleha untuk Hamid sementara
wanita itu tidak suka seni dan segala kegilaan Hamid, nah gimana sikap Hamid?” Uun beraksi dengan pertanyaan filsufnya.
Hamid terdiam lama, serius dech lama banget sampe 30 menit kebayangkan
di perjalanan yang panjang ditambah Hamid yang terdiam tiba-tiba, berasa lama
dah tu perjalanan, ni ya sangking lamanya sampai-sampai bang Fadeli akhirnya
bersuara
“Ondeh Mid, itu pertanyaan Barek tu
Mid” akhirnya bang Fadeli bisa mengikuti arah pembicaraan.
Lama Hmid terdiam bahkan mobilpun sudah memasuki gerbang perbatasan
Riau-Sumbar. Sampai akhirnya Uunpun tertidur di bangku belakang karena Hamid
kelamaan menjawabnya.
Uun terbangun ketika mobil berhenti di salah satu rumah makan lalu
turun untuk mencuci muka. Hamid yang juga turun dan melihat Uun dengan tatapan
anak2 teaternya plus kerutan di keningnya, tatapan aneh.
“Sekiranya Rumit buat PR aja deh Mid,
esok menuju Pantai Cerocok Hamid jawab ya...” Uun
berlalu dan masuk kembali ke mobil.
Hamidpun mengikuti Uun masuk ke mobil dan duduk di bangku depan di
samping bangku Supir. Lalu perlahan Hamid membuka suara
“Bukan Hamid g bisa jawab kk, tapi
Hamid masih mikir aja” Hamid mencoba membela diri, ketika
ia sedang menyusun kata-kata pembelaan, tiba-tiba bang Fadeli sudah masuk dan
duduk di samping Hamid, dan mengendari mobil lagi.
“Udahlah Mid, Hamid mah gitu,
pertanyaan sederhana saja Hamid g bisa jawab” Uun
mulai memancing Hamid, dan kerennya bang Fadeli juga ikut bertanya membuat
Debung dan Dekmo yg dari tadi menahan mabuk terbangun dan fokus mendengarkan
pertanyaan bang Fadeli
“ok, gini ya mid, Hamid sayang g sama
ayah dan ibu Hamid?” bang Fadeli langsung bertanya
“Sayang lah Bang...” jawab Hamid langsung
“ok, baik, nah Hamid mau melihat
mereka kecewa?” tanya bang Fadeli lanjut
“Ndak lah bang, ndak mungkin Hamid
mengecewakan mereka” Hamid sepertinya kurang tepat
memberikan jawaban
“Oke seharusnya pertanyaan ini
selesai dan sudah terjawab kan?” ucap bang Fadeli
dengan santainya.
Seisi mobil teridam seketika, kecuali bang Fadeli yang tanpa rasa
bersalah dan beban penjelasan, diam-diam membuka bungkus eskrim yang tadi
dibelinya, sambil menghidupkan lampu dalam mobil, bang Fadeli menyerup eskrim
cornelo coklatnya dan bergumam sendiri
“malam-malam tu enaknya yah makan ini” gaya bang Fadeli menikmati eskrim cornelo di mata kami, tiba-tiba
“aaaaa, Mela mau bang, Me mau, kok
abang g bilang kalau beli itu, Abang.... Mela mau...” k Mela yg kebetulan tadi sempat pidah ke mobil bang Fadeli tetiba
histeris sendiri, demi-demi melihat eskrim yang dimakan bang Fadeli, sontak bng
Fadeli kaget dan yang lainpun terkejut. Tapi bang Fadeli hanya tersenyum plus
bingung tepatnya kok bisa orang kayak k Me histeris tidak jelas pas jumpa cornelo.
“Bang sisakan Me coklat di bawahnya
bang, ya bang, ya ya..” k Me mengiba ke bang Fadeli demi
demi eskrim cornelo.
“iya ntr abang sisain” bang Fadeli menjawab singkat
Baru 5 menit mobil melaju bang Fadeli pun menepi di salah satu kedai
“Nah, ambil duit ni, duit belilah
cornelonya” bang Fadeli mengeluarkan selembar
uang yang cukup membuat k Me bergegas turun lewat di depan Uun dan melipat
kursi duduk Debung yang ada di tengah dengan sigap K Me turun dari mobil dan
menuju lemari eskrim kepunyaan orang kedai.
“Gitu lah bang, k Me gitu orangnya
sama eskrim mah cinta bangetz, ampe punya abang pun, abang yang baru dikenal
beberapa jam bang... bisa membuat k Me luluh.” Debung menjelaskan kepada bang Fadeli agar bang Fadeli tidak shock
dengan kelakukan k Me yang terkenal banyak diam dan hanya bicara yang penting
saja. Mungkin karena eskrim ini penting akhirnya k Me terlihat seperti anak
kecil, mana dikasih uang sama bang Fadeli.
“iya, masalahnya dia minta coklat
yang ujungnya pulak, abang coklat itu pulak yang abang suka, mending abang
suruh beli lagi biar puas, hee” ah bang Fadeli segitunya,
mudah seklai ia memahami kami yang baru dikenalnya.
K Me masuk kemobil dngan cerianya membawa 4cornelo untuk kami yang ada
di mobil, g perlu dihitung bungkus eskrim itu langsung dibuka dan dimakan oleh
k Me.
Seperti itulah bahagia, sederhana sangat-sangat sederhana
Sambil menyantap es krim masing-masing Uun menagih PR Hamid, tetapi
lagi-lagi Hamid terdiam lama, ampe meleleh es krimnya.
“Hamid mah gituh, susah buat
ngejawab” Uun pun kecewa
Tiba-tiba bang Fadeli menanggapinya
“Gini aja Mid, kan Hamid tidak mau
melawan orngtua, dan Hamid tdk ingin membuat mereka kecewa, maka sederhana
jawabannya Hamid akan menerima ca......” Belum
selesai ang Fadeli berbicara, k Me malah memotong pembicaraan
“Me tau bang, terbaik lah bang Fadeli
ni, pemikirannya keren” k Me memotong pembicaan secara
spontan sampe Uun pun terkejut dan melirik k Me menatap penuh rasa penasaran, Uun
gitu dia, agak susah memahami sesuatu dan kurang peka sama sesuatu, hingga
beberapa menit Uun pun tersenyum
“oooo jadi gitu bang, Udah paham sama jawabannya bang... terbaiklah
bang Fadeli ni.” Uun pun melirik debung yg duduk di tengah2...
Keluarga itu Saling Menguatkan
Orang Baru Harus Didekatkan
(uun)
Seru cerita nya, un.. mendadak pengen conelo :D
BalasHapusAku bacabya sambil ngebayangin logatnya hehehhehehhe.
BalasHapusSeru in.
logat apa dek Rahma owop??? heee
BalasHapus