“Bunglon
Perasaan”
Oleh:
Uni Lilis
#LombaPuisiDira
Bersama
rintik hujan yang selalu hadir di saat rahasia
Seringkali
ia menjadi teman saat goresan-goresan kekecewa’an menghampiri hati
Perawakanku
yang selalu ceria bertabur bahagia, bahkan penuh canda tawa
Seringkali
menipu hatiku sendiri yang sebenarnya penuh keputus asaan
Bahagia
adalah pilihanku dalam menjalani kehidupan yang penuh warna
Tersenyum
dan menyapa adalah kebiasaan yang kususka setiap pergantian bulan dengan
mentari
Menjadi
Mawar di antara duri
Terkadang
menjadi teratai yang selalu menghadap ke atas dan mengikuti arus air
Kebersamaan
bagiku adalah kunci kehidupan
Seringkali
ia disebut sebagai ukhuwah, menyelamatkan saudara setara dengan menyelamatkan
diri sendiri
Bagiku
bahagia saudara adalah bahagiaku
Tawanya
tawaku, menyelamatkan nyawanya sebelum nyawaku adalah sebuah keharusan dalam
pertemanan, walau
Seringkali
kesetiakawananan ini menjebak hatiku sendiri, bahkan menggores luka di lubuk
hati yang selalu berhasil kututupi
Banyak
tawa bahagia yang kutemui setelah apa yang kulakukan
Dari
tua hingga muda, remaja bahkan balita, selalu mendapatkan senyum kehangatan ini
Walau
seringkali berat hati dalam menjalani hidup, namun hakikat menebar bahagia itu
tak pernah luntur
Karena
aku adalah kakak, bahagia bagiku sebuah keharusan, seberat apapun beban yang
tertitip di pundak, karena
Keceriaan
adalah imunitas dalam memperjuangkannya
Tak
selamanya panas bertahan lama, ia butuh angin
Atau
hujan gerimis, bahkan badai kencang yang menyirami semua permukaan bumi
Bahkan
membuat beberapa pohon tinggi nan kokoh ikutan tumbang
Itulah
hatiku ketika angin kekecewaan menghampiri
Mulanya
hanya diam sebiru bahasa dengan senyum tipis yang masih terlihat manis
Lalu
beranjak kepada diam seribu bahasa yang bahkan tidak ingin melihat siapapun
Cukup
sendiri saja merasakan sakit, jika terpaksa menyapa hanya takut menorehkan luka
Atau
bahkan berprasangka, lalu memperkeruh keadaan
Cukup
diam, menenangkan hati, mengikat prasangka yang terlanjur bercabang
Bahkan
menjadi sebuah susunan cerita
Tak
jarang, ia yang menyayangiku rindu dengan wajah ceria itu, terpaksa menekuk
muka setiap berjumpa
Takut
menambah luka, atau bahkan menjadi bagian dari luka itu sendiri
Bagiku
mengalah adalah jalan, jalan kebebasan hati
Bagiku
bahagia teman adalah segalanya, walau aku harus membagi hatiku
Bagiku,
memastikan teman selamat adalah sebuah keharusan, walau tak jarang
keselamatankupun terancam
Bagiku
sakit ia adalah sakitku, walau seringkali sakitku kukonsumsi sendiri, tak ingin
merepotkan
Aku
yang tanpa perencanaan, namun mampu memenej sebuah kekacauan
Aku
yang suka bepergian jauh meski selalu memberi kabar pada ia oarngtua yang
kubanggakan
Aku
yang suka menebar kebahagiaan, keceriaan, bahkan menjadi penggerak dalam sebuah
perkumpulan
Walau
seringkali menjadi pemimpin di situasi yang kusut
Aku
yang seringkali mudah membagi bahagia,
Membuat
orang mampu mendekat bahkan menjadi bagian dalam hati ini,
Terkadang
lupa memilah mana yang menetap di hati, atau hanya singgah
Sayangnya,
kekecewaan seringkali menyisipkan air mata
Menyendiri
di antara pepohonan, bahkan perkebunan, di kaki bukit
Di
bawah terpaan rinai air terjun, di sudut masjid, di perpustakaan
Bahkan
di pinggiran sungai yang seringkali menemaniku dalam duka yang mendalam.
Hanya
ia yang entah siapa mampu mendobrak benteng kecewa hanya dengan duduk berdiam
lama, lalu saling tertawa tanpa mengorek apapun
Ia
hanya menemaniku dalam diam, seolah paham lalu sedikit melempar dalil
Yang
menyentil hati, tanpa sadar menitikkan air mata, dan akhirnya tertawa bersama
Kamu
Mate, wanita yang juga setipe denganku
Terimkasih
atas pengertian itu, yang nyatanya apa yang kulakukan adalah cerminan dari apa
yang juga akan kau lakukan.
uniLilis
Tidak ada komentar:
Posting Komentar