Cinta
Itu Tidak Ada Un
Aku
memperhatikan Imah dari kejauhan kulihat
ia termenung sendiri di bawah pohon akasia depan kantor, angin yang berhembus
sore ini sangat menyejukkan hati dan menentramkan jiwa, mungkin Imah merasa
tenang berada di sana. Ini kebiasaan kami setelah jadwal belajar mengajar usai,
kami belum pulang, sengaja ingin menikmati sore menuju senja bersama di
sekolah, tapi kulihat hari ini pandangan Imah menerawang jauh, bahkan ia tak
sadar kalau aku sudah berdiri di sampingnya. Aku enggan mengejutkannya, karena
nanti tangannya akan reflek mengeluarkan jurus-jurus aikidonya. Imah kebetulan
ikut aikido (beladiri Jepang). Aku dulu sempat ikut tetapi kesibukan membuatku
berhenti, Imah tetap bertahan hingga kini ia mendapatkan sabuk Hijau...
“Sekiranya rumit mah, maka
lupakanlah itu jelas bukan cinta” Aku membuka percakapan sore
ini, suaraku ibarat nada-nada yang dihembuskan angin menusuk ketelinga Imah.
Imah
menoleh tersenyum, ia tak terkejut, aku sudah duduk di sampingnya, kami malah
menatap jalan raya di depan sembari menerka-nerka hati masing-masing. Imahpun
membuka suaranya.
“Di zaman sekarang ini un,
tidak ada lagi cinta sucinya Ali dan Fatimah, kalaupun ada yang mengaku-ngaku
itu hanya kemunafikan yang dibalut nafsu seolah meng-Agungkan cinta dua insan
mulia itu padahal tak aakn ada yang bisa.” Imah tersenyum kecut.
Aku
masih menerka ke mana arah percakapan ini, lalu aku teringat, Imah adalah
seseorang yang seringkali dijadikan tempat curhat adek-adek tingkatnya, Imah
selalu memberikan nasehat-nasehat tajam yang tidak ada toleransi apalagi dengan
hal yang syuhbat (belum jelas kebenarannya). Mungkin ada masalah yang belum
bisa Imah selesaikan.
“Cinta Ali dan Fatimah itu suci
un, tidak ada satu oarang manusia yang tahu kalau mereka saling jatuh cinta, Ali
menyimpan rapat cintanya ia tidak membocorkannya kepada siapapun termasuk
Rasulullah SAW, Ali merahasiakannya dalam diam tak seorangpun un, termasuk
malaikat, apalagi setan, begitu hati-hatinya Ali menyimpan rasa yang suci itu
un. Lihatlah saat Abu Bakar ingin melamar Fatimah kepada baginda nabi, kita
bisa bayangkan un betapa hancurnya hati Sayyidina Ali? Seorang Abu Bakar,
sahabat terbaik Rasulullah ingin melamar putri Kanjeng Nabi toh tidak ada
alasan bagi Rasulullah untuk menolak lamaran Abu Bakar? Mudah saja bagi
Rasulullah untuk langsung menerima Abu Bakar, tapi apa yang terjadi nyatanya
Rasulullah menyerahkan semua keputusan kepada putri tercintanya Fatimah Azzahra, dan Fatimah dengan halus
menolak pinangan itu un, sungguh Fatimah menolaknya, karena itulah kekuatan
yang dimiliki seorang wanita menerima atau menolak pinangan seseorang. Tak berhenti
di sana un, kecintaan Ali pun teruji lagi saat Umar bin Khattab mengajukan
pinangan yang sama kepada Rasulullah SAW untuk menjadikan Fatimah sebagai
istrinya, Ali? Lihatlah Ali merasa kecil di hadapan Umar, laki-laki kuat yang
berjulukan Singa Padang Pasir tu, dan seorang yang sangat mencintai RabbNya
menjadi Rahib dalam malam, menjadi singa siang harinya dan hartanya yang luar
biasa banyaknya. Ali? Ia semakin menciut semakin bersedih semakin merasa bahwa
ia tak pantas memiliki cinta dari seorang putri Nabi, bisa kita bayangkan
betapa gelisah, atau betapa galaunya Ali saat itu un, mungkin Ali menangis,
tapi lihatlah pinangan Umar pun ditolak oleh Fatimah, sebenarnya siapa yang
ditunggu Fatimah? Ali semakin penasaran dan semakin sedih, ia belum juga
memiliki keberanian untuk meminang Fatimah, bukan seperti anak zaman sekarang
yang sok kenal lalu mengajak jalan dan jatuh pada pacaran yang nyatanya tak
pernah di atur dalam agama Islam. Kalau suka pinang lah, bukan kalau suka
tembaklah, ya Allah un, kesabaran Ali dalam mencintai Fatimah teruji lagi saat
Utsman bin Affan mengajukan diri untuk meminang Fatimah, betapa debar-debar
hati Ali semakin sedih, semakin berasa bukan apa-apa bahkan Ali mencoba mundur
dalam mencintai, tapi itulah kekuatan cinta suci un, lamaran Utsman pun ditolak
oleh Fatimah, lalu siapa yang sebenarnya sedang ditunggu Fatimah, laki-laki
mana yang sebenarnya yang diharapkan Fatimah? Siapa un, siapa? Dialah Ali un,
Ali, yah Ali bin Abu Thalib. Hingga hari itu Ali memberanikan diri meminang Fatimah
melalui Rasulullah, yang ditakutkan Ali adalah takut kalau ia ditolak sama
seperti 3 sahabat Rasulullah SAW yang pernah meminang Fatimah, tapi gayung
bersambut un, itulah cinta yang penuh Rido Allah, cinta yang suci, tak pernah
bocor, cinta yang tersusun rapi dalam labirin hati Fatimah dan Ali. Pinangan
Ali diterima, dan Ali tidak punya apa-apa untuk diajadikan Mahar un, hingga
Rasulullah bertanya apa yang Ali punya, ia menjawab kalau ia hanya memiliki
Baju Besi yang biasa ia gunakan untuk berperang. Rasulullah mengatakan ambil
baju itu dan jadikan Mahar. Dalam mahligai cinta suci yang Allah ridoi un,
begitulah mereka menjaga hatinya masing-masing”
Aku
terdiam, melihat Imah begitu semangat dan lancar menjelaskan kisah itu, kisah
yang mahsyur di telinga kita kisah yang menyentuh hati, menguji kesabaran.
“Sekarang un tidak ada cinta
seperti itu kalaupun ada itu hasil tag-tag yang tidak jelas, sok-sok memiliki
cinta sesuci Fatimah dan Ali, tapi di medsos saling sapa, saling bercanda,
sok-sok menjaga diri tapi saling menyebutkan nama kepada guru ngaji, seolah
tidak bisa menerima seseorang yang enatah siapa lalu hadir demi segenap agama,
dengan visi yang sama membangun keluarga Islami. Sayang un, kita tak pernah
bisa menemukan cinta Fatimah dan Ali...” Imah berdiri dari
duduknya, akupun berdiri mensejajarkan diri dengannya, merangkul pundaknya
sembari menutup diskusi kami sore itu dengan sebuah kesimpulan sederhana.
“Iya mah, kita tidak akan
pernah menemukan cinta Ali dan Fatimah, karena kita hanya wanita akhir zaman
mah, yang mencoba dan terus berusaha memperbaiki diri, mengharapkan laki-laki
akhir zaman yang semoga ia juga sedang memperbaiki dirinya agar nanti ketika ia
datang kita bisa membangun keluarga Islami itu mah,,,”
kamipun tersenyum masuk ke kantor dan berbenah bersiap untuk pulang.
(Pbr, 16-02-15)
Subhanallah... Makasih adikku sayang...
BalasHapusCeritanya hampir sama... Smoga akhirnya bisa seperti cerita cinta Fatimah dan Ali...
Amiiinnn...