Sabtu, 31 Januari 2015

Kembali karena tidak ada kata terlambat



KEMBALI
Uni Lilis
Senja yang dijanjikan sang Khaliq tiba, dengan pantulan cahaya jingganya meretas menembus sela-sela kehidupan. Aku termenung di salah satu sudut Masjid, kali ini aku lebih awal sampai di masjid sebelum azan Magrib berkumandang. Aku masih ingat nasehat k Anik siang tadi saat aku menceritakan semua yang mengganggu hari ini
“Kita hidup ini hanya sekali dek, susah senangnya kita yang rasa kita yang tanggung, tetapi tidak menyiksa diri dengan memaki serta mengutuk pencipta kita dek, bayangkan berapa banyak yang sudah Dia kasih, berapa banyak kemudahan yang Ia berikan , berapa banyak yang sudah kita gunakan, yang sudah kita habiskan. Astaga kalau kita hitung dan kita tulis dengan seratus pena yang bertintakan lautan tak kan bisa dek, sungguh tidak akan pernah bisa. Maka tidak ada kata terlambat dalam bertobat, tidak ada kata selesai dalam beribadah dan sungguh tidak pantas kita yang hina ini mendikte Dia yang sudah memberikan segala-galanya. Itu hakNya untuk mengambil  hambaNya kembali, kita yang di sini seharusnya tetap memperbaiki diri” Kak Anik dengan lantangnya berhasil mengobrak-abrik ketumpulan hatiku siang ini
Aku menangis terisak mendengar nasehat k Anik, bagaimana tidak dari sekian banyak kk sepupu yang kumiliki cuman kata-kata k anik yang mampu menembus hati yang terlanjur keras ini. Perawakannya memang kecil tetapi muatan Ruhiyahnya besar, kecintaannya pada Agamanya begitu kuat, bagiku hanya dialah yang bisa memahamiku walau sekeras apapun aku menolaknya
“Ayu tahu Ayu salah kk, tapi Ayu malu sama Allah, Ayu merasa terlanjur bersalah, selama ini Ayu marah sama Allah karena sudah mengambil Ayah dan Ibu dari hidup Ayu dan k Anik g tau kan perasaan  Ayu sekarang, Ayu tahu Ayu salah, tapi Ayu Malu k Anik Ayu malu....” tangisku pecah di kamar k Anik, sama seperti tangisku saat Ayah dan Ibu dinyatakan hilang di Laut.
“Tidak Dinda, Allah tidak pernah marah dengan hambanya yang alpa, Allah hanya menunggu kapan hambaNya itu kembali, menunggu waktu hambanya menangis, mengiba untuk meminta maaf dan kembali dengan ketegaran, Allah menunggu Ayu selalu, Allah rindu dengan Ayu yang dulu Ayu yang selalu sholat berjamaah di Masjid, Ayu yang kalau mengaji suaranya jelas dan lantang, ayok dinda, jangan terpuruk dengan keadaan, ini adalah titik untuk Ayu kembali kepada Allah, jangan sia-siakan kesempatan ini Ayu pasti bisa.”
K Anik mengangkat tubuhku yang terduduk lemas, ia menatapku tajam, mengusap air mataku, dan memelukku erat sekali sungguh sangat erat k anik berusaha mentransfer kekuatan kepadaku, kekuatan hati untuk kembali kepadaNya, Sang Pencipta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar