Senin, 06 April 2015

Jodoh yang Dibegal



Cinta yang Terselamatkan
Usia ku beranjak seperempat abad, mau tidak mau sebagai bungsu dari lima bersaudara aku adalah tanggungan terakhir ayah, ibu, abang dan kakak-kakak ku. Mereka sibuk sekali mengurusi masalah jodoh, kalian tahu usia seperti ku ini adalah usia untuk ditanya-tanya, kapan nikah, kapan nikah, padahal sebelumnya sewaktu kuliah mereka sibuk dengan pertanyaan kapan wisuda kapan wisuda, aih rasanya ingin membalas dengan pertanyaan kapan meninggal?? Toh semuanya itu susah diaturkan? Jodoh, maut dan rezeki hanya Allah yang tahu.
Malam ini amak membuka percakapan saat kami semua sedang menikmati malam bersama di depan TV.
“Mel, Mela udah amak jodohkan dengan si Doni anak Pak Etek Mela,”
DUG
Aku terdiam, mencoba membuka memori tentang bang Doni, anak Pak etek, adek kandung amak, pas di bawah amak.  Lama aku terdiam, bang Doni yang sudah seperti abang sendiri, beda setahun, membuat ku lebih hormat kepadanya, sekarang dia sudah jadi dokter, aku masih ingat waktu dia menasehatiku untuk serius kuliah dan tidak main-main, serta tidak boleh pacaran. Dan sekarang, amak bilang aku dijodohkan dengan bang Doni??, astaga itu sebuah kemustahilan, bagaimana mungkin aku bisa menerima dia yang notabenenya masih saudara denganku? Dan selama ini aku berharap bisa menikah dengan ikhwan dari proses ta’aruf melalui guru ngaji dan sesuai syati’at.
“Istrinya pak etek yang janji sama amak waktu itu Mel, amak karena dia yang berhara,p tentu amak terima saja tawaran itu Mel, apalagi pak etek sudah terlanjur sayang sama Mela dari dulu.” Kali ini wajah amak sangat serius.
Aku masih terdiam, yah istri Pak etek sangat menyayangiku, bahkan dari aku kecil sudah dipanggilya sebagai menantunya, tapi bagiku itu hanya lawakan anak-anak kecil, atau hanya rayuan sederhana saat aku mulai merajuk ditinggal jalan-jalan. Sekarang semua sudah berubah aku bukan yang dulu, aku sudah punya prinsip dan pandangan hidupku sendiri, dan aku sudah punya kriteria laki-laki yang akan mendampingiku, tapi astaga apa maksud ini semua.
Lama aku terdiam dan akhirnya aku beranjak dari ruang TV memilih undur diri masuk ke dalam kamar, aku enggan menanggapi kata-kata amak, aku takut hanya akan menambah sakit di hati amak, karena amak tahu seperti apa jodoh yang kuinginkan.

Tiga hari setelah malam itu, ayah memanggilku ke ruangan baca, aku melangkah gontai, aku tahu apa yang akan dibicarakan ayah, kali ini kami hanya berdua aku dan ayah. Ayah tahu kalau anak gadis bungsunya ini sedang tertekan, ayah tahu kalau aku tipikal orang yang tidak bia dipaksa dan malam itu saat aku menutup pintu kamar, kakak-kakak dan abang-abang ku berdiskusi dengan amak dan suara mereka sengaja dibesar-besarkan agar aku mendengarnya, isinya hanya menyudutkanku mengatakan kalau aku pemilih, aku tak bersyukur, kalau aku hanya menjadi beban amak dan ayah. Dan setelah malam itu aku tak berbicara dengan orang rumah satupun termasuk keponakan-keponakanku,  aku sengaja pergi kerja lebih pagi dan pulang setelah sholat isya. Itu kulakukan selama dua hari ini. Hingga hari ketiga ini ayah memanggilku, ah ayah ia tahu kapan harus berbagi dengan putrinya ini,
“ayah tahu perasaan Mela.” Kata pembuka ayah dengan nada beratnya menyentak hatiku, tentu saja ayah tahu apa yang kurasa karena aku lebih dekat dengan ayah, pundak ayah tempatku mengadu, aku jarang dekat dengan amak, karena amak lebih sibuk dengan cucucunya yang hampir seumuran denganku.
“Mela g suka yah, dijodohkan seperti ini yah, bang Doni itukan abang Mela yah, kenapa kita masih terikut dengan adat yah, pulang ke bako bukannya itu hanya mempersempit kekeluargaan kita yah? lagipula, Mela ndak bisa menerima bang Doni untuk menjadi imam hidup Mela yah, bukan bang Doni yah, bukan orang seperti bang Doni yah, Mela mohon yah, tolong kasih Mela waktu untuk menemukan dia yah, calon menantu ayah, berdasarkan cara yang Mela rasa lebih ahsan(baik) yah, kalau akhirnya Mela gagal, Mela akan ikhlas menerima bang Doni yah, tapi Me mohon yah, beri Me waktu, dan tolong kasih pengertian ke amak yah, ke pak etek dan istrinya, biarkan Me berusaha mencari dia yang Me harapkan, dia yang punya visi dan misi yang sama dalam hidup ini yah, bukan berarti bang Doni tidak baik, bukan itu yah, tapi biarkan Me berusaha mencari yang menerut Me akan membawa hidup Me lebih baik yah, Me mohon yah...” aku menangis menjelaskan semuanya di hadapan ayah, aku sesegukan di depannya. Karena sudah tiga hari aku menyimpan ini semua di hatiku, hingga ayah berbaik hati mengalah dan mengajakku berbicara. Aku tak kuasa, itulah aku ketika menjelaskan sesuatu yang kuanggap benar maka aku akan tebawa perasaan menangis mempertahankannya.
Ayah beranjak dari duduknya, ia merangkul putri kecilnya ini, aku semakin menangis dipelukan ayah, ayah tahu apa yang kuinginkan, ayah sungguh begitu pengertiannya ia dengan putri kecilnya ini.
Amak sekarang jarang terlihat ceria, yang ada setiap melihatku amak seolah kecewa dengan keputusanku, dan tiba-tiba Pak etek beserta istrinya datang ke rumah kami, malam ini secara mendadak, kurasa pembahasannya serius. Hanya pak etek dn istrinya serta amak dengan ayah. Aku hanya mendengarkan dari dalam kamar. Kakak dan abang-abang ku juga di rumah mereka masing-masing.
“Man minta maaf uni, Man ke sini mau menyampaikan kalau Doni menolak perjododhannya dengan Mela.” Pak etek membuka pembicaraan di tengah kesejukan malam ini.
“Doni sudah punya calon ni, orang Pariaman, dokter juga, temannya ketika kuliah, mereka ternyata sudah lama pacaran, tapi baru kemarin Doni cerita ni, karena Am juga baru memberitahu masalah perjodohan yang pernah kita buat ni.” Pak etek melanjutkan pembicaraannya.
Aku melihat raut kecewa di mata amak, ada aura kesedihan mendalam di sana, ada selaksa cahaya kecewa yang mendalam, entah apa yang ada di pikiran amak kini, kalaulah aku bisa menyentuh hati amak, mungkin aku bisa menghilangkan gurat kesedihan itu
“Diah juga minta maaf sama uni, perjodohan ini kan permintaan Diah, dan uni menyepepakatinya, tetapi kini Diah dan keluarga yang membatalkan perjodohan ini, sungguh ni Diah minta maaf sama uni dan abang serta Mela, Diah tak menyangka kalau selama ini Doni sudah memiliki calon, dia tidak pernah cerita dan kami juga salah tidak memberitahukan kalau ia akan dijodohkan dengan sepupunya sendiri, Diah mohon ni, maafkan kami...” istri Pak Etek mulai terisak
Tapi, lihatlah amak tak bergeming, ya Allah aku melihat rona kekecewa’an di wajah Amak, tidak tega ya Allah...
“sudahlah, tidak ada yang salah dan tidak perlu minta maaf, sudah seperti ini jalannya, anak-anak menemukan jodohnya masing-masing kalau Doni ingin menikahi pacarnya di percepat saja Man, takutnya niat baik ini disegerakan, masalah Mela biarkan dia menikmati hari-hari kerjanya, suatu hari jodoh yang terbaik itu akan menghampirinya juga, yang penting ikatan keluarga ini harus tetap kita jaga..” Ayah, sungguh Ayah selalu menjadi penengah yang bijak.

3 komentar:

  1. Hem.. hem.. namanya tokohnya Mela terus ukh..
    kayaknyaaaaa...

    #AhSudahLah

    BalasHapus
  2. permintaan ukh beb ane ndum....

    BalasHapus
  3. hampir sama ya sayang...
    yah...sudahlahhh

    BalasHapus