Babe, beliau ayahku, jarang sekali bicara beda dengan amak, tetapi sebaliknya, saat ia berbicara, sanggup menutup mulut ini dan tak kan ada kata yang bisa dikeluarkan lagi.
Seperti senja tadi, saat tidak ada angin dan tidak ada hujan, tetiba ia berkata datar.
Biarlah orang tidak pernah menjenguk kita, baik saat kita susah maupun saat kita bahagia, biarlah dan biarkan saja.
Tetapi kita ini harus ingat, selalu lah menjenguk mereka yang sakit, melayat yang berduka, dan ikut berbahagia saat ada hajatan atau perhelatan.
Sembunyikan lah duka kita, dan empati lah dengan duka orang lain.
Ingin sekali aku membantahnya dengan berkata "g adil be, kita aja terus yang perhatian, orang malah nutup mata dan telinga dari keadaan kita.."
Namun sebelum kalimat itu keluar, babe sudah menutupnya dengan tangkas.
"Perkara duka, dan bahagia kita, biarlah Allah yang mengaturnya, kita nikmati saja sensasi nya... "
Tidak ada komentar:
Posting Komentar