di antara ribuan rintik yang jatuh
di antara deruan indahnya di atas genting-genting
di antara aku dan kamu yang jauh lalu jatuh
terselip kata dalam pertemuan yang penting
hujan di sela hembusan nafas ini
bersatu dalam rinai-rinainya yang sejuk
ingin rasanya resah dan gelisah ini
kubagi dalam bingkai yang retak
bingkai yang kini tak utuh seperti dulu
hujan, lebatnya yang menderu
memaksa emosiku melaju dan berkecamuk
andai kau tahu, ingin ku menangis
di antara ribuan rintik ini
agar tak ada yang tahu aku menangis
rasanya ingin ku memaki hati ini
memaksanya kembali seperti dulu
tanpa ada satu nama yang singgah dan
semua kamarnya tetap bercahaya
namun sayang,
hujan memang bisa menghapus kotoran dan debu
hujan bisa menumbuhkan tumbuhan yang akan mati
tapi sayang berjuta sayang
hujan tak pernah berhasil
menghapus namamu
di kamar hati ini
(pykmbh, 24-12-14)
"Kalau kamu bukan anak Raja dan bukan anak Ulama, maka Menulislah" semangat bersama keluarga OWOP.
Sabtu, 31 Januari 2015
Kembali karena tidak ada kata terlambat
KEMBALI
Uni Lilis
Senja yang dijanjikan
sang Khaliq tiba, dengan pantulan cahaya jingganya meretas menembus sela-sela
kehidupan. Aku termenung di salah satu sudut Masjid, kali ini aku lebih awal
sampai di masjid sebelum azan Magrib berkumandang. Aku masih ingat nasehat k Anik
siang tadi saat aku menceritakan semua yang mengganggu hari ini
“Kita hidup ini hanya sekali dek,
susah senangnya kita yang rasa kita yang tanggung, tetapi tidak menyiksa diri
dengan memaki serta mengutuk pencipta kita dek, bayangkan berapa banyak yang sudah
Dia kasih, berapa banyak kemudahan yang Ia berikan , berapa banyak yang sudah
kita gunakan, yang sudah kita habiskan. Astaga kalau kita hitung dan kita tulis
dengan seratus pena yang bertintakan lautan tak kan bisa dek, sungguh tidak
akan pernah bisa. Maka tidak ada kata terlambat dalam bertobat, tidak ada kata
selesai dalam beribadah dan sungguh tidak pantas kita yang hina ini mendikte
Dia yang sudah memberikan segala-galanya. Itu hakNya untuk mengambil hambaNya kembali, kita yang di sini
seharusnya tetap memperbaiki diri” Kak Anik dengan lantangnya berhasil
mengobrak-abrik ketumpulan hatiku siang ini
Aku menangis terisak
mendengar nasehat k Anik, bagaimana tidak dari sekian banyak kk sepupu yang
kumiliki cuman kata-kata k anik yang mampu menembus hati yang terlanjur keras
ini. Perawakannya memang kecil tetapi muatan Ruhiyahnya besar, kecintaannya
pada Agamanya begitu kuat, bagiku hanya dialah yang bisa memahamiku walau
sekeras apapun aku menolaknya
“Ayu tahu Ayu salah kk, tapi Ayu malu
sama Allah, Ayu merasa terlanjur bersalah, selama ini Ayu marah sama Allah
karena sudah mengambil Ayah dan Ibu dari hidup Ayu dan k Anik g tau kan
perasaan Ayu sekarang, Ayu tahu Ayu
salah, tapi Ayu Malu k Anik Ayu malu....” tangisku pecah di kamar k Anik, sama
seperti tangisku saat Ayah dan Ibu dinyatakan hilang di Laut.
“Tidak Dinda, Allah tidak pernah marah
dengan hambanya yang alpa, Allah hanya menunggu kapan hambaNya itu kembali,
menunggu waktu hambanya menangis, mengiba untuk meminta maaf dan kembali dengan
ketegaran, Allah menunggu Ayu selalu, Allah rindu dengan Ayu yang dulu Ayu yang
selalu sholat berjamaah di Masjid, Ayu yang kalau mengaji suaranya jelas dan
lantang, ayok dinda, jangan terpuruk dengan keadaan, ini adalah titik untuk Ayu
kembali kepada Allah, jangan sia-siakan kesempatan ini Ayu pasti bisa.”
K Anik mengangkat tubuhku
yang terduduk lemas, ia menatapku tajam, mengusap air mataku, dan memelukku
erat sekali sungguh sangat erat k anik berusaha mentransfer kekuatan kepadaku,
kekuatan hati untuk kembali kepadaNya, Sang Pencipta.
Jumat, 30 Januari 2015
Sederhana
Aku Kamu Sederhana
Bahagia itu sederhana
sesederhana aku menyayangimu
Bahagia itu sederhana
sesederhana aku memilihmu
Bahagia itu sangat sederhana
sesederhana cintaku padamu
sedangkan duka...
Duka adalah sesuatu yang juga sederhana
sesederhana kau meninggalkanku
Duka adalah sesuatu yang sangat sederhana
sesederhana aku memilih berpaling darimu
dan
Bahagia bertemu duka itu
adalah kumpulan kesederhanaan
yang...
sesederhana
saat aku bertemu denganmu
dan kamu meninggalkanku
ya... sangat
sangat sederhana
sesederhana
Aku dan Kamu Jika Bertemu
Bahagia itu sederhana
sesederhana aku menyayangimu
Bahagia itu sederhana
sesederhana aku memilihmu
Bahagia itu sangat sederhana
sesederhana cintaku padamu
sedangkan duka...
Duka adalah sesuatu yang juga sederhana
sesederhana kau meninggalkanku
Duka adalah sesuatu yang sangat sederhana
sesederhana aku memilih berpaling darimu
dan
Bahagia bertemu duka itu
adalah kumpulan kesederhanaan
yang...
sesederhana
saat aku bertemu denganmu
dan kamu meninggalkanku
ya... sangat
sangat sederhana
sesederhana
Aku dan Kamu Jika Bertemu
Kamis, 29 Januari 2015
Risalah Hati (cerita ini diikutkan giveaway contest. www.dodyrakhmat.com)
Risalah
Hati
Karya
Uni Lilis
Perhatikanlah
seorang di sudut sana, di bawah jembatan Siak, di pinggir sungai yang terkenal
dengan kedalamannya se Indonesia, di antara deruan angin pagi itu ditambah
kepulan-kepulan asap yang semakin pekat karena pembakaran hutan yang
sembarangan di kota bertuah ini. Yani terdiam di sana menatap kapal roro yang
akan berangkat menyebarangi sungai ini dan nantinya akan menembus Selat Panjang.
Lama Yani termenung, sesekali ia menghela nafas.
Yanipun berdiri dari duduknya berjalan lambat di
pelataran sungai yang berpagar besi, semakin lama ia berjalan semakin terlihat
jelas air mata di pipinya. Yani tak kuasa dengan perasaannya ia mulai sesegukan
dan memegang kepala pagar, setidaknya Yani tidak berfikir untuk loncat ke
sungai itu. Lihatlah kesenduan di wajahnya entah apa yang menyiksa bathinnya.
Aku
pun mulai mendekati Yani, aku tak kuasa melihatnya begini, aku hampir berlari
dari ujung sambil terbatuk-batuk karena kondisiku yang memang masih flu...
“Yaaan,
Yani...:” aku memanggilnya dengan kuat dan di selingi batukku yang kering
Yani
menoleh, mengusap air matanya, menyeka hidung dan sela-sela ujung matanya,
berusaha tersenyum dan mendekat. Lihatlah, ia tersenyum sumringah seolah ia
bisa menyembunyikan kesedihan itu, aku tak bisa ditipu, bahunya yang bergetar
dari jauh itu sudah cukup kuat membuatku tahu kalau ia sedang menangis.
“katanya
on time, kok udah satu jam baru
datang Nik?” Yani menyapaku, seharusnya aku yang menyapa nya ya Allah setegar
itukah Yani
“Maaf
Yan... Anik tadi ngerjain laporan untuk rapat di sekolah nanti sore, maaf ya!”
aku memang terlambat pagi ini, aku terlanjur janji datang pagi kepada Yani tapi
laporan itu harus ku kirim ke Ustadz Iman pagi itu juga, dan terpaksa janji
dengan kulewati sedikit.
Kulihat
Yani menitikkan air mata, ia duduk sembari meluruskan kakinya, aku mengikutinya
duduk di samping, ia menjatuhkan kepalanya di pundak kiriku, lalu menatap lurus
kedepan.
Seratus
detik kemudian
“Ceritakanlah
Yan, dan Lepaskanlah jika itu membuat hatimu lega Sahabat...” Aku berkata lirih
“Seharusnya
aku tak sebodoh itu percaya dengan kata-kata manisnya Nik, seharusnya aku
mengikuti nasehatmu Nik, tidak terlalu menanggapi janji-janji palsunya, tetapi
bukankah dia seorang yang taat dalam Ibadah, dan aku rasa ia memang serius untuk
mengajakku menikah Nik, tapi kenapa dia malah meminang Rizka sahabat kita Nik,
kenapa dia setega itu Nik, dia kan tahu kalau kita bertiga sahabatan Nik,
tetapi kenapa Rizka dan Dia kompak sekali menyakiti dan mencabik-cabik hati ini
Nik, apa aku buruk dan jahat Nik, apa aku tak boleh bahagia Nik?”
“Laki-laki
yang baik hanya untuk wanita yang baik Yan” Ucapku Tegas.
Kamu
kau, yang setiap terlihat seolah ada kesejukan
kamu, yang jika berpapasan ada rona bahagia di hati
you,
yang ketika berbicara tak pernah tinggi nada
kamu, yang ketika marah hanya dengan raut wajah
you,
kau, yang ketika tersenyum menyejukkan jiwa
kamu, yang ketika berbicara menyita mata
you,
kau, yang astaga...
wajahmu membawa bahagia
tawamu menambah wibawa
kamu, yang ketika bersua tak berani ku lihat
ya... kamu
yang menyimpan pesona itu
kamu, yang jika berpapasan ada rona bahagia di hati
you,
yang ketika berbicara tak pernah tinggi nada
kamu, yang ketika marah hanya dengan raut wajah
you,
kau, yang ketika tersenyum menyejukkan jiwa
kamu, yang ketika berbicara menyita mata
you,
kau, yang astaga...
wajahmu membawa bahagia
tawamu menambah wibawa
kamu, yang ketika bersua tak berani ku lihat
ya... kamu
yang menyimpan pesona itu
Selasa, 27 Januari 2015
Puisi Tengah Hari
Payung Hati..
ka[an kau tiba
membawanya kepadaku
hujan yang kini
membasahi tubuhmu
dari jauh kulihat punggungmu...
tapi adakah
kau juga melihat punggungku...
Payung Hati
Payung Cinta
bernama Ukhuwah
ka[an kau tiba
membawanya kepadaku
hujan yang kini
membasahi tubuhmu
dari jauh kulihat punggungmu...
tapi adakah
kau juga melihat punggungku...
Payung Hati
Payung Cinta
bernama Ukhuwah
Langganan:
Postingan (Atom)