Minggu, 01 November 2015

Bidadari Licik (uun and gank)



Bidadari Licik
(Sebuah Cerita Sore)
Kamis sore saat jam pelajaran MDA, aku memberikan tugas kepada anak-anak untuk menulis satu ayat Alqur’an yang ada di dalam buku Aqidah mereka, kebetulan semua anak-anak diwajibkan membeli buku panduan yang dijadikan acuan selama pejaran berlangsung, satu hal yang membuatku tersenyum menjelang senja ini.
Peristiwa ini dimulai dari si kembar Fahira dan Fahiza yang kembar tetapi tidak identik, wajah mereka berbeda jauh bahkan rambutnya juga beda, seringnya mereka dipanggil kakak (Fahiza) yang berambut lurus, dan uun (Fahira) yang berambut ikal.
Selama pelajaran berlangsung mereka banyak diam, dan menundukkan kepala menulis dengan khusu’ lalu beberapa saat, Zaza dan Ara yang kebetulan duduk berdua ini permisi kepadaku.
“Buk permisi ya, ke WC” Ucapnya mereka kompak
Belum sempat aku mengangguk memberikan izin, mereka sudah ngacir ke keluar kelas, dan aku yang hanya bisa menggeleng.
Sebelum menjadi guru mereka, aku sebenarnya sudah dekat dengan keluarga mereka, mereka lahir saja aku dan mamak datang ke rumah mereka, jadi sudah seperti adek-adek sendiri.
 Sepintas kuperhatikan uun yang hanya menunduk, kebetulan uun duduk bersama Cahaya, dan nih yang hebat dari uun cantik satu ini, dia g bawak buku cetak, dan tidak membawa buku tulis.
“Un, udah selesai tugasnya?” Tanyaku
“Belum Buk, bukunya dipakai Cahaya, Un g ada buku!” Balasnya
Lalu sejurus kemudian aku memperhatikan Raihan yang duduk di depan uun, Raihan sudah menyelsaikan tugasnya, sudah kuberi nilai sempurna, dan aku meminta Raihan meminjamkan buku cetaknya ke uun.
15 menit lagi bel pulang akan berbunyi, tetapi anak-anak belum juga menyelesaikan tugasnya, mereka sibuk bermain-main dengan tugas dan bercerita lepas, aku sengaja membiarkannya, Zaza dan Ara sudah kembali, entah apa yang mereka kerjakan di WC selama itu.
Dan akhirnya, keluarlah kalimat pemungkasku yang membuat adrenalin anak-anak berpacu.
“Siapa yang sudah selesai ibu perbolehkan pulang....” Kataku
“HOREEEEE” Balas anak-anak semua, dan seketika mereka menulis takzim, semua kepala mulai tertunduk focus,  bahkan satu persatu terdengar kata,
“Siap cop...”
“Pertama siap...”
“Aku duluan selesai...”
Memanglah anak-anak tidak ada yang mau mengalah, satu persatu buku dikumpulkan, dan satu persatu merekapun pulang, ooops... masih tersisa 4 bidadari mungil di sudut kanan mejaku.
“BUUUK PR aja ya BUK...” Pinta Zaza dengan muka memelas.
“Iya Buuuk, kami g ada buku...” Disambung oleh Ara
“Uni juga g ada buku Buk...” Kali ini uun ikutan melobyku
“Nah, Cahaya mau ngomomg apa?” Ucapku kepada mereka.
Cahaya hanya diam dan tersenyum simpul, hanya dialah yang paling pendiam di antara mereka berempat.
“G ada cerita PR, kerjakan sekarang!! Ibuk tunggu sampai jam 18.00!” Balasku dengan nada agak tinggi kepada mereka.
Jadilah mereka terdiam dan mulai menulis, tetapi sebenarnya aku tidak yakin jika mereka menulis, namun aku tetap menunggu mereka, hingga 15 menitpun berlalu, aku mulai goyah melihat mereka, hingga akhirnya akupun mengalah.
“Oke dijadiin PR  aja ya....” Kataku agak sedikit lemah
“YEEEEES.... HORE...” Seru mereka berbarengan
“Sebenarnya kami sengaja lama-lamain biar Ibuk nyuruh jadikan PR...” Kata Zaza enteng sambil mengemasi buku-bukunya
Akupun terkejut.
“Iya... kami mana ada nulis, kami nunggu Ibuk bilang PR...” Disusul uun angkat bicara tak kalah entengnya bahkan sambil menyalami tanganku.
“Ya Allah... kalian sengaja ya....” Ucapku sembari berlari kecil mengejar mereka ke parkiran .
Begitulah hari-hari jika bersama Uun dan kawan-kawannya, dunia terasa indah dengan kelucuan, kelicikan dan ulah mereka yang natural.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar