Senin, 02 Februari 2015

Uluran Hati



ULURAN HATI
Uni Lilis
               Mentari pagi ini sangat indah mengalunkan senyum penuh makna seakan memberi kabar bahwa hari ini semua insan akan bahagia, aku berjalan santai menuju kampus yang tak jauh dari kos kosan ku. Sembari sesekali tersenyum menyapa teman-teman yang berpapasan. Mata kuliah pertama belum masuk, aku dan teman-teman menyempatkan diri berdiskusi di teras depan kelas sembari sesekali kami tertawa renyah, tiba-tiba mataku tak sengaja melihat sosok di lantai 3 yang sepertinya dari tadi memperhatikan kami, aku mencoba untuk tidak ambil pusing, namun penglihatannya itu mengacaukan konsentrasiku, hingga di akhir diskusi aku lupa dengan kesimpulannya,
“hello uni, yng dari tadi menggebu-gebu diskusi, kenapa di akhir malah kayak kerupuk di siram air, lembek g ada test nya.” Adri mencoba meledekku
“oooow oww ah gpp skali-kali kalian yang simpulin, masak uni terus yang narik kesimpulan, eh bapak tuh, masuk yuk, ntar makan siang kita lanjutin okeh.!” Aku menuju kelas dan menutup diskusi serta membuka mission baru, mencari tau siapa anak di lantai 3 itu.
                     Bagi ku hari-hari kuliah itu selalu indah, ilmu-ilmu baru itu mengalir deras apalagi mata kuliah filsafat itu mata kuliah favoritku, dan aku akan duduk paling belakang kalau sudah masuk Prof. Amir Lutfi aku akan memperhatikannya dengan seksama, tapi karena beliau selalu melihat keseriusanku itu, beliau malah menyuruhku duduk di mejanya dan dia berdiri, jadilah anak-anak ngeledek aku, mengejek dengan kata-kata anak emas Prof. Amir, huffft padahal aku hanya ingin mahir di mata kuiah ini.
                   Sembari pelajaran berlangsung, aku melihat ada yg memperhatikanku lagi di kelas seberang, sungguh mata itu mengusikku,
“kalau mata kuliah ini selesai akan aku hampiri mata itu” gumam ku dalam hati
                   Kesibukanku selama kuliah ini semakin menjadi-jadi saja, apalagi semenjak Prof. Amir Luthfi menjadikanku asistennya, astaga bagaimana tidak, akau harus datang lebih pagi dari beliau, menyiapkan air mineral untuknya dan satu lagi membaca 1 bab materi filsafat sebelum ia menjelaskan, huft, ditambah ledekan dr kawan-kawan
“cie cie cie, asisten professor udah datang, tadi sholat subuh di kampus uni?” Wanti yang paling usil dan paling kecil itu menggodaku, sontak kawan-kawan yg sudah hadir tertawa…
“hei comeon Friend just for this semester ya, soalnya uni mau ikut KAMMI yang keren itu, kayaknya tu acara anak-anak KAMMI menantang lah patut dicoba.!” Aku mencoba keluar dari olokan mereka tapi, wah bener juga tu aku harus coba ikut KAMMI, slogannya itu loh bikin penasaran, Aksi kuat Ibadah Taat Prestasi Hebat, perfeck 3 hal dlm 1 amazing.
“boleh sih ni, tapi noh izin ma ayah uni dulu……” lagi-lagi wanti membuat plant ku buyar
“ye lah ye lah, kita liat aja dulu, pun bentar lagi ujian kan? So pasti g masuk lagi ma Prof,”
                   Dan mereka membuat cooor
“yeeeeeeeeeee laah……. Anak emas prof Amir…” sembari tertawa masuk ke dalam kelas.
                   Sebelum masuk ke kelas mataku menangkap wajah anak itu lagi, dan kali ini ia tersenyum, kulihat kiri dan kanan, oh ya, dia tersenyum kepada ku ternyata, maaf aku tak sempat membalas senyumnya, karna aku sudah di dalam kelas.
                   Aku memberanikan diri untuk dftar ikut acara KAMMI 3 hari 2 malam di asrama kampus, yaaah kalau ada acara-acara, asrama kampus bisa dipinjam agar akses menuju kampus lebih dekat dan acara yang akan diikuti bisa ontime, dan Alhamdulillah Prof. Amir memberikan ujian lebih cepat dari dosen yg lain, karena beliau harus ke Autralia untuk ngajar mahasiswa S.2 asal Indonesia. Betapa leganya diriku,,,, karena acara kammi dimulai dari Jumat sabtu dan minggu, dan jumat adah 3 sks filsafat bersama Prof. Amir, dan aku tak kehilangan keduanya.
good luck Meta, trimakasih sudah menjadi asisten saya di semester ini dan ingat bergabunglah dengan organisasi di kampus ini, saya yakin nanti di semester atas kamu bisa jd mahasiswa yg dipandang di kampus ini” Prof. Amir meng sms ku, ya Allah aku terharu, beliau begitu memperhatikanku
yes prof, I hope some time I get it  melanjutkan pendidikan in Australia and be your’s mahasiswi syukron Prof for everyrtink….”  Ku kirim, Prof. Amir selau saja membut aku bermimpi untuk melanjutkan pendidikan di luar negeri, walau kadang aku ragu untuk kuliah di luar negeri, tapi aku akan tetap optimis, good by Prof….
                   Ada rasa lega dan sedih juga selesai dari mata kuliah Prof Amir, tapi tidak masalah setidaknya aku bisa mendapatkan ilmu baru di Kammi.
                   Siang itu aku berjalan santai di pelataran fakultas sembari melihat-lihat stand pendaftaran anak-anak Kammi, aku menghampiri mereka, ternyata sebagian dari mereka kakak tingkat, aku sedikit heran melihat standnya yang ada dua..
“kk, kenapa standnya ada dua ya k?” aku bertanya pada seorang kk yang sedari tadi sibuk menjelaskan tentang KAMMI kepada para pengunjung, ia terdiam lalu tersenyum indah sekali..
“yang satu buat tempat daftar yang akhwat atau perempuan dan yang satu lagi buat daftar ikhwan atau laki-laki.” Jawabnya hati-hati
“iya, bener tu kk, bagusnya dipisah ntar kalau ramai yang daftar jadinyakan berdesak-desakan dan bersentuhan, keren lah kk, oiya saya mau daftar ya kk...” kk berjilbab hijau toska itu memberikanku formulir dan menyuruhku mengisinya, satu hal ku suka dari kk ini, senyumnya tak pernah hilang walau aku sedikit kritis terhadapnya
“silahkan diisi ya dek, kalau isi di rumah juga gpp tapi kalau di isi di sini juga gpp” kk itu menjelaskan
                   Aku hanya mengangguk sembari mengambil pena dan sebuah buku untuk alasnya, saat aku akan menulis tak sengaja aku menoleh ke stand ikhwan yang isinya abang-abang, dan astaga ada mata itu di sana, aku menangkap matanya sedang memperhatikanku, aku hafal mata itu dan sedikit senyumnya yang manis, manis? Yah jujur saja senyumnya manis, tapi tetap saja hatiku biasa saja.
“kak, ini formulirnya, oiya bayarnya berapa ya kk?” aku menyerahkan formulir yang sudah kuisi
“Rp. 20,00 ribu dek, untuk 3 hari dua malam, di hari ketiga kita akan hiking dan outbon, sedangkan 2 harinya kita akan ada materi dan diskusi dengan tokoh-tokoh KAMMI yang sudah menjabat di eksekutif dan legislatif.” Kk itu menjelaskan penggunaan uang 20 ribu kepadaku
“iya kk” aku meraba dan mencoba mencari uangku yang seingatku tadi masih tersisa pas 20 ribu, sengaja kusisihkan untuk acara KAMMI ini, tetapi, astaga aku sudah mengecek kantong rok ku, melihat dompet, dan mengeluarkan semua isi tas ku, sepertinya aku tak menemukan uangku, aku semakin panik, bagaimana bisa aku lupa dengan uang yang sudah kusisihkan itu, aku kembali mengobrak-abrik isi tas ku di dekat kk ini, tetapi urung tak kutemukan
“gpp dek besok bayarnya juga gpp kok” kk itu mengerti kepanikanku
“ bukan itu kk tapi....”
“Biyar ane yang bayarin ukhti Siska, gpp ane aja yang bayarin punya Meta” astaga pemilik mata yang menjaga stand ikhwan td menghampiriku dan membayarkan uang pendaftaraku serta tahu namaku
                   Tiba-tiba lisanku kelu, tak bisa bersuara, ia pun tersenyum kepadaku, dan ia berlalu begitu saja
“makasih bang...” jawabku langsung
                   Ia hanya menoleh dan tersenyum lagi... kali ini senyumnya terlihat sangat manis
                   Aku masih termenung di pinggir jalan tadi, berniat menunggu Bang Mas datang, rencana mau minta duit buat ganti duitnya yang punya mata indah tadi, lama aku berdiri sampai bang Mas datang dengan temannya diboncengin vespa warna pink...
“ha, kenapa Meta, Bang Mas lagi buat tugas malah di miscall -miscall, abang sibuk tau...” bang mas bukannya nanya baek-baek malah marah
“bang Mas, mintak duit buat gantiin duitnya abng itu tu,,,” aku menoleh dan menunjuk ke arah mata tadi
“yeee g usah dibayar, dia mah suka sama kam.... eh salah-salah” bang mas kelihatan salah tingkah
Aku mengerutkan dahi, menarik baju bng mas dan berbisik
“Ke-na-pa bang-Mas?” aku hampir saja menarik telinganya seperti di rumah
“noh, tanya aja sendiri sama Arid sanah” bng Mas malah menantangku
“oke” aku sembari menarik ujung baju bng Mas berjalan menuju abang tadi, bg Arid malah tertawa melihat tingkah aku dan bg Mas
“OK bang Arid, kenapa tadi bayarin Meta daftar KAMMI?” aku langsung bertanya padanya tampa basa-basi. Bg Arid berdiri dari duduknya, menyalami bang Mas dan menangkupkan tangannya di dada sembari melihatku
“g ada, abang mau berinfak aja buat tangan kanannya Prof. Amir yang terkenal filosof banget, abang seneng aja setiap kali Prof Amir nyeritaan Meta di kelas abang, kayaknya Meta itu orang yang pola pikirnya bagus dan terarah apalagi diskusi-diskusi Meta setiap pagi di depan kelas, ini abng g sengaja memperhatikan lo... kelihatan dalam diskusi Meta mengayomi teman-temannya peduli dan mudah bergaul, dan g salahkan abang bayarin daftar KAMMI nya?”
                   Aku langsung luluh denger penjelasan bg Arid, tidak seperti yang kusangka jawabannya, jadi bg Arid selama ini memperhatikan aku.
“Helllow....” bang Mas menarik hidungku yang mancung, aku memukulnya
“jangan melamun adeeeek...” bang mas berbisik sembari berteriak di telingaku
                   Aku terkaget dan reflek mengucapkan terimakasih lalu pergi, meninggalkan bg Arid dan bg Mas di sana, entahlah entah kenapa tapi rasanya... ah sudahlah


1 komentar: